Mahasiswa UMSurabaya Lakukan Diskusi dengan Singapore Polytechnic (Humas)
Hari kedua program TF Scale Learning Express UMSurabaya dengan Singapore Polytechnic berlangsung penuh antusiasme dengan rangkaian kegiatan Team Bonding yang diikuti seluruh peserta. Kegiatan pembuka ini dirancang untuk memperkuat kerja sama tim sekaligus menjadi jembatan menuju tahap awal Design Thinking, yakni Sense & Sensibility (S&S).
Tahap Sense & Sensibility dipandang sebagai fondasi penting dalam membentuk pola pikir mahasiswa agar lebih peka, kritis, dan empatik terhadap persoalan nyata, khususnya yang dihadapi oleh komunitas lansia. Sebelum memasuki proses empathy, ideation, dan prototyping, peserta diajak menyiapkan mindset dengan memahami terlebih dahulu siapa yang terdampak (who) dan mengapa isu tersebut penting dicari solusinya (why).
Sesi diawali dengan S&S Activity yang melatih mahasiswa untuk lebih sensitif dalam mengidentifikasi persoalan sosial. Fasilitator kemudian menghadirkan sejumlah problem statements seputar tantangan lansia, mulai dari keterbatasan mobilitas, penurunan fungsi pancaindra, hingga masalah kesehatan degeneratif. Mahasiswa didorong untuk tidak berhenti pada gejala permukaan, melainkan menggali aspek mendalam agar perumusan masalah lebih tajam dan relevan.
Untuk memperkaya pemahaman, peserta juga dibekali pre-reading materials berupa artikel penelitian, laporan data sekunder, dan studi kasus terkait lansia. Materi ini menjadi pijakan awal bagi mahasiswa agar berpikir berbasis bukti (evidence-based). Selanjutnya, mereka melakukan riset awal menggunakan kerangka S.P.I.C.E. (Social, Political, Innovation, Cultural, Economic).
Melalui SPICE, mahasiswa diajak melihat persoalan secara holistik: dari dimensi sosial yang berkaitan dengan interaksi lansia dan keluarga, politik yang menyoroti kebijakan publik, inovasi terkait teknologi pendukung, budaya yang memengaruhi kebiasaan hidup lansia, hingga ekonomi yang menekankan keterjangkauan dan keberlanjutan finansial solusi.
Bagian penting lainnya adalah latihan merumuskan How Might We (HMW) Questions. Mahasiswa belajar mengubah masalah menjadi pertanyaan terbuka yang positif dan solutif. Misalnya, isu “lansia kesulitan menjaga keseimbangan tubuh saat berjalan” diformulasikan menjadi, “How might we mendukung lansia agar merasa aman dan percaya diri ketika bergerak sehari-hari?” Format HMW ini menjaga diskusi tetap fokus pada kebutuhan manusia, terbuka untuk berbagai kemungkinan, serta memicu lahirnya ide-ide inovatif.
Secara keseluruhan, sesi Sense & Sensibility memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilan berpikir kritis, empati, dan analitis. Dengan kombinasi SPICE Framework dan HMW Questions, peserta kini memiliki fondasi kuat untuk melangkah ke tahap berikutnya: Empathy. Mereka dibekali kesadaran bahwa solusi yang relevan tidak hanya lahir dari kreativitas, melainkan juga dari sensitivitas terhadap realitas, pemahaman berbasis data, dan keberpihakan pada kebutuhan manusia.
(0) Comments