Mahasiswa UMSURA Bantu Petani Desa Supiturang Pascabencana Semeru Lewat Dryer Reborn dan Lampu Surya

  • Home -
  • News -
  • Mahasiswa UMSURA Bantu Petani Desa Supiturang Pascabencana Semeru Lewat Dryer Reborn dan Lampu Surya
Gambar Berita Mahasiswa UMSURA Bantu Petani Desa Supiturang Pascabencana Semeru Lewat Dryer Reborn dan Lampu Surya
  • 20 Dec
  • 2025

Penyerahan teknologi tepat guna panel surya dari mahasiswa bem u kepada kepala desa Supiturang Lumajang (Humas)

Mahasiswa UMSURA Bantu Petani Desa Supiturang Pascabencana Semeru Lewat Dryer Reborn dan Lampu Surya

Sebanyak 27 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSURA) diterjunkan ke Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, untuk membantu pemulihan sektor pertanian dan kesiapsiagaan bencana pascaerupsi Gunung Semeru. Kegiatan ini didampingi tiga dosen UMSURA, yakni Vella Rohmayani, Satria Unggul Wicaksana, dan Hanifuddin Hakim.

Program tersebut merupakan bagian dari Program BEM Berdampak yang didukung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Melalui program ini, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMSURA mengintegrasikan inovasi dan teknologi kampus sebagai solusi nyata bagi permasalahan masyarakat di daerah rawan bencana.

Desa Supiturang yang berada di lereng Gunung Semeru menghadapi dua tantangan utama, yakni kerentanan pascapanen cabai dan tingginya risiko bencana erupsi serta aliran lahar dingin. Selama ini, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Taniturang masih mengandalkan metode penjemuran cabai secara tradisional. Cara tersebut sangat bergantung pada cuaca, membutuhkan waktu lama, serta kerap menghasilkan cabai kering dengan mutu tidak seragam dan mudah berjamur, terutama saat musim hujan.

Di sisi lain, jalur evakuasi di Desa Supiturang masih minim penerangan. Kondisi ini menjadi persoalan serius ketika terjadi pemadaman listrik pada malam hari, yang menyulitkan warga melakukan evakuasi. Selain itu, kesiapsiagaan bencana masyarakat dinilai masih perlu diperkuat, termasuk melalui media edukasi mitigasi yang mudah dipahami.

Menjawab permasalahan tersebut, BEM UMSURA bersama tim dosen melaksanakan program bertajuk “SUPI-TANGGUH: Implementasi Dryer Reborn dan Sistem Mitigasi Lahar”. 

“Program ini melibatkan dua mitra utama, yakni Kelompok Tani Taniturang sebagai mitra produktif dan Kelompok Destana Supiturang sebagai mitra nonproduktif di bidang kebencanaan,”ujar Sholeh mahasiswa Teknik yang diterjunkan. 

Dalam pelaksanaannya, tim dosen berperan merancang teknologi, menyusun standar operasional prosedur (SOP) pengoperasian dan perawatan alat, serta menyiapkan materi pelatihan. Sementara itu, mahasiswa terlibat langsung dalam perakitan alat, uji coba lapangan, dokumentasi kegiatan, hingga pendampingan kepada petani dan masyarakat desa.

Untuk sektor pertanian, tim menghadirkan Dryer Reborn, mesin pengering cabai otomatis berbasis sensor suhu dan kelembapan. Teknologi tepat guna ini dirancang agar proses pengeringan lebih efisien, higienis, dan tidak bergantung pada cuaca. Dryer Reborn mampu memangkas waktu pengeringan secara signifikan dibanding metode tradisional, sekaligus menghasilkan cabai kering dengan warna lebih cerah, kadar air stabil, dan tidak mudah berjamur. “Dengan demikian, petani dapat memproduksi cabai kering maupun olahan seperti chili powder secara lebih konsisten dan bernilai tambah,”imbuh Sholeh.

Sementara untuk aspek keselamatan bencana, tim memasang Surya FEST, yakni sistem lampu penerangan jalur evakuasi berbasis energi surya. Lampu ini dirancang tetap menyala meski terjadi pemadaman listrik akibat erupsi atau cuaca ekstrem. Sebanyak enam titik lampu dipasang di jalur evakuasi dan titik kumpul warga, dilengkapi dengan program edukasi serta simulasi mitigasi bencana.

Kepala Desa Supiturang Nurul Yakin Pribadi menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kontribusi mahasiswa dan dosen UMSURA melalui program SUPI-TANGGUH. Menurutnya, kehadiran Dryer Reborn dan lampu tenaga surya di jalur evakuasi sangat membantu desa yang masih dalam tahap adaptasi pascaerupsi Gunung Semeru.

Ia berharap teknologi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh warga, baik untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian maupun untuk memperkuat keselamatan masyarakat saat terjadi keadaan darurat. Kepala desa juga menilai program ini sebagai bukti nyata kehadiran perguruan tinggi di tengah masyarakat dan berharap kolaborasi serupa dapat terus berlanjut di masa mendatang.

Hal senada disampaikan perwakilan warga yang merasa terbantu dengan adanya penerangan jalur evakuasi berbasis energi surya. Selama ini, pemadaman listrik kerap terjadi saat cuaca buruk atau aktivitas vulkanik meningkat, sehingga jalur evakuasi menjadi gelap dan berisiko.

Dengan adanya Surya FEST, warga merasakan manfaat langsung berupa jalur evakuasi yang lebih terang dan aman, sehingga proses evakuasi dapat dilakukan dengan lebih tenang, terarah, dan mengurangi risiko kepanikan.

Secara keseluruhan, program SUPI-TANGGUH memberikan dampak ganda bagi Desa Supiturang. Dryer Reborn mendukung ketahanan ekonomi petani melalui pengolahan cabai yang lebih modern dan konsisten, sementara Surya FEST memperkuat sistem mitigasi lahar dan kesiapsiagaan bencana desa. Program ini menjadi contoh kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan masyarakat dalam menghadirkan solusi berbasis teknologi tepat guna untuk wilayah rawan bencana.