Melawan Lupus, Perjalanan Inspiratif Alawiyah Raih Gelar Ahli Madya Keperawatan di UMSurabaya

  • Home -
  • News -
  • Melawan Lupus, Perjalanan Inspiratif Alawiyah Raih Gelar Ahli Madya Keperawatan di UMSurabaya
Gambar Berita Melawan Lupus, Perjalanan Inspiratif Alawiyah Raih Gelar Ahli Madya Keperawatan di UMSurabaya
  • 28 Nov
  • 2025

Alawiyah Ahli Madya Keperawatan saat menerima Penghargaan dari Rektor UMSurabaya (Humas)

Melawan Lupus, Perjalanan Inspiratif Alawiyah Raih Gelar Ahli Madya Keperawatan di UMSurabaya

Di tengah riuh  pelantikan profesi perawat, seorang perempuan muda berdiri dengan senyum yang pelan namun mantap. Namanya Alawiyah, lulusan D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Hari ini seharusnya menjadi panggung kemenangan biasa, namun baginya, pelantikan itu adalah penanda dari sebuah perjalanan luar biasa perjalanan melawan penyakit autoimun lupus yang hampir merenggut masa depannya.

Sebelum mengenakan seragam putih perawat, Alawiyah adalah gadis dengan jari-jemari yang piawai mengolah kanvas. Ia memimpikan menjadi pelukis profesional. Namun dorongan dari orang tua dengan latar belakang SMK Kesehatan, tahun 2022 ia mendaftar D3 Keperawatan.


“Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa membanggakan orang tua,”ujarnya Jumat (28/11/25)

Hingga lima semester pertama, perjalanan akademiknya berjalan mulus. Ia rajin praktik, dekat dengan teman, dan aktif belajar. Dosen-dosen melihatnya sebagai mahasiswa dengan etos belajar tinggi. Tidak ada yang mengira bahwa tubuhnya sedang mempersiapkan badai besar.

Pada semester keenam tahap akhir sebelum menyandang gelar Ahli Madya Alawiyah mulai merasakan keluhan yang tidak biasa. Mual hebat dan pusing berkepanjangan membuatnya dilarikan ke IGD RS Universitas Airlangga, di mana ia dirawat selama seminggu.

Ia pulang dengan sedikit lega. Namun lima hari kemudian, Alawiyah kembali tumbang.
Kali ini lebih berat. Lebih menyakitkan. Di RSUD Dr. Soetomo, serangkaian pemeriksaan intensif dilakukan. Hasilnya mengguncang. Alawiyah didiagnosis lupus.


Penyakit autoimun yang dapat menyerang organ vital, menyebabkan peradangan, bahkan merusak sistem kekebalan tubuh. Itu bukan akhir. Dua minggu setelahnya ia mengalami serangan yang lebih parah nyeri punggung yang tak tertahankan hingga ia kembali masuk rumah sakit dan harus menjalani cuci darah.

Alawiyah, yang seharusnya bersiap sidang akhir, justru harus berjuang melawan penyakit yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya. Banyak orang mungkin akan memilih mundur. Namun Alawiyah tidak.

“Saya sudah sejauh ini. Saya harus selesai. Untuk diri saya, untuk orang tua saya,” tuturnya

Dengan kondisi tubuh naik turun, infus yang tak pernah lepas dari tangan, dan nyeri yang datang tak kenal waktu, ia meminta satu hal kepada kampus: yakni kesempatan.

Teman-teman sekelas menjadi penyemangat. Para dosen menemaninya bukan hanya sebagai pengajar, tetapi sebagai penjaga moral. Hingga akhirnya terjadilah momen yang tak akan dilupakan siapa pun yang menyaksikannya.

Alawiyah menjalani sidang tugas akhir di ranjang rumah sakit. Dengan infus terpasang di lengan, suara yang sesekali melemah, tetapi mata yang tetap tegas ia mempertahankan tugas akhirnya.

Sebuah pemandangan yang hening, menggetarkan, dan membuat siapa pun sadar bahwa tekad manusia bisa lebih kuat dari tubuhnya sendiri.

Hari itu akhirnya datang. Kondisinya jauh lebih baik setelah menjalani terapi dan perawatan panjang. Di aula pelantikan profesi, Alawiyah berdiri tegak di antara teman-temannya. Tak ada yang menyangka bahwa beberapa minggu sebelumnya ia sedang berjuang mempertahankan hidup. Ia kini resmi menyandang gelar Ahli Madya Keperawatan.

Meski kini telah menjadi perawat, Alawiyah tidak melupakan mimpi lamanya. Ia masih ingin melukis, bahkan bermimpi memiliki galeri seni sendiri. Baginya, keperawatan dan seni bukanlah dua jalur yang saling meniadakan.


“Keduanya sama-sama tentang menyentuh hati orang lain,” katanya.

Kisah Alawiyah bukan sekadar cerita tentang seorang mahasiswa yang lulus tepat waktu.
Ini adalah cerita tentang: keteguhan seorang anak untuk membanggakan orang tuanya, ketangguhan seorang perempuan muda melawan penyakit yang tak terlihat, dan kekuatan mimpi yang tidak pernah benar-benar padam.

Berkah kegigihannya Alawiyah menerima beasiswa untuk melanjutkan Sarjana di UMSurabaya. 

“Jangan menyerah pada impianmu. Rintangan itu pasti ada, tapi kita punya kekuatan yang mungkin belum kita sadari. Percaya pada diri sendiri. Percaya pada Tuhan,”pungkasnya.