Cerita Nurul Abida Fauzia, Anak Pedagang Kecil yang Bisa Kuliah Gratis di UMSurabaya Berkat Hafal 30 Juz Al-Qur’an

  • Home -
  • News -
  • Cerita Nurul Abida Fauzia, Anak Pedagang Kecil yang Bisa Kuliah Gratis di UMSurabaya Berkat Hafal 30 Juz Al-Qur’an
Gambar Berita Cerita Nurul Abida Fauzia, Anak Pedagang Kecil yang Bisa Kuliah Gratis di UMSurabaya Berkat Hafal 30 Juz Al-Qur’an
  • 18 Sep
  • 2025

Nurul Abida Fauzia Maba UMSurabaya Penerima Beasiswa Tahfidz (Humas)

Cerita Nurul Abida Fauzia, Anak Pedagang Kecil yang Bisa Kuliah Gratis di UMSurabaya Berkat Hafal 30 Juz Al-Qur’an

Di balik senyum lembutnya, Nurul Abida Fauzia menyimpan kisah perjuangan yang begitu menginspirasi. Mahasiswi baru Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) jurusan Psikologi ini berhasil mengukir prestasi luar biasa: hafal 30 juz Al-Qur’an di usianya yang masih belia. Berkat hafalannya itu, Abida mendapat beasiswa penuh dari UMSurabaya hingga bisa kuliah gratis.

Lahir dari keluarga sederhana, Abida adalah anak dari pasangan Mochammad Safii dan Surati. Sang ayah sebelumnya bekerja membantu memandikan jenazah di rumah sakit. Namun takdir berkata lain. Pada Mei lalu, ayahnya mengalami kecelakaan hingga tidak bisa lagi melanjutkan pekerjaan itu. Kini, untuk menyambung hidup, keluarga hanya mengandalkan dagangan kecil. Ayah dan ibunya berjualan bumbu pecel. 

“Beasiswa ini benar-benar meringankan keluarga saya. Saya punya dua adik yang masih sekolah, jadi saya sangat bersyukur bisa kuliah gratis di UMSurabaya,” tutur Abida dengan mata berkaca-kaca.

Perjalanan Abida dalam menghafal Al-Qur’an tidak singkat. Ia mulai sejak kelas 4 SD, awalnya hanya karena mengikuti kegiatan di pesantren. Motivasi kuat baru muncul saat ia duduk di kelas 3 SMP, ketika melihat kakak kelasnya menyelesaikan hafalan. Dari situlah tekadnya bulat: ia ingin membuat orang tua bangga, sekaligus menghadiahkan mahkota di akhirat kelak untuk mereka.

“Proses itu penuh air mata. Tantangan terberat saat merasa futur. Saya tipe yang sulit menghafal. Ditambah lagi, waktu itu harus menghafal jauh dari orang tua. Rasanya benar-benar berat,” kenangnya. 

Namun dengan kesabaran dan istiqomah, ia akhirnya menyelesaikan hafalan dalam tujuh tahun.

Kini, Abida memulai perjalanan barunya sebagai mahasiswi Psikologi. Ia memilih UMSurabaya bukan hanya karena kampus ini berbasis nilai-nilai Islam, tetapi juga karena restu orang tua. 

Meski perkuliahan baru akan dimulai, Abida sudah memikirkan bagaimana menjaga hafalannya di tengah kesibukan nanti. Baginya, kunci terletak pada komitmen. 

“Saya selalu ingat kata-kata, luangkan waktu untuk membaca Al-Qur’an, jangan menunggu waktu luang. Quotennya sederhana, tapi ngena banget buat saya,” katanya.

Ke depan, Abida bercita-cita menjadi seorang profesional muda di bidangnya, tanpa meninggalkan hafalannya. Ia ingin ilmunya bermanfaat bagi orang banyak, sekaligus terus menjaga Al-Qur’an dalam dirinya.

Untuk anak-anak muda yang ingin menghafal Al-Qur’an, Abida punya pesan sederhana tapi dalam. 

“Nikmati saja prosesnya. Menghafal itu memang tidak mudah, karena hadiahnya surga. Jangan terburu-buru. Bukan soal siapa paling cepat banyak hafalan, tapi siapa yang paling kuat menjaganya,”pungkasnya.