Istimewa
Rencana penerapan bahasa Portugis dalam kurikulum sekolah di Indonesia menuai beragam tanggapan dari kalangan akademisi. Salah satunya datang dari Sri Lestari, dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), yang menilai bahwa wacana tersebut perlu dikaji lebih mendalam dari berbagai aspek, bukan hanya berdasarkan kedekatan historis.
Menurut Sri Lestari, secara linguistik memang terdapat jejak historis dan kemiripan leksikal antara bahasa Indonesia dan Portugis. Beberapa kosakata Indonesia seperti meja, bendera, jendela, dan gereja merupakan serapan dari bahasa Portugis.
“Dari sisi linguistik, ada kemiripan leksikal dan fonologis. Dalam teori pemerolehan bahasa, hal ini disebut transfer bahasa positif semakin mirip bahasa pertama dengan bahasa asing, maka semakin mudah dipelajari,” jelasnya Senin (10/11/25)
Namun demikian, Tari menilai bahwa kemiripan dan kedekatan historis tidak bisa dijadikan alasan utama untuk memasukkan bahasa Portugis ke dalam kurikulum nasional.
“Bahasa akan berpotensi menjadi bahasa internasional jika memiliki jumlah penutur yang besar, pengaruh politik dan ekonomi yang kuat, serta pengakuan global,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika dilihat dari pengaruh politik dan jumlah penutur, bahasa Portugis masih kalah jauh dibandingkan bahasa-bahasa seperti Inggris, Mandarin, Spanyol, atau Prancis.
“Daripada menambah bahasa baru, lebih baik pemerintah mengoptimalkan pengajaran bahasa Inggris yang hingga kini masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam hal pemerataan dan efektivitas pembelajarannya,” tegas Tari.
Sebagai langkah realistis, Tari menyarankan agar penerapan bahasa Portugis dilakukan secara terbatas terlebih dahulu.
“Kalau pun ingin diterapkan, sebaiknya dimulai di sekolah percontohan atau dalam program pilot project kecil. Jangan langsung dijadikan program nasional karena akan membebani kurikulum dan SDM kita yang belum siap,” pungkasnya.
(0) Comments