 
                            Sumber foto: Novia Herawati (Jawa Pos)
Fenomena motor brebet setelah pengisian bahan bakar di sejumlah wilayah Jawa Timur kembali ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Banyak pengendara mengeluhkan performa mesin menurun sesaat setelah mengisi BBM, bahkan beberapa di antaranya mengalami mogok mendadak.
Menanggapi hal ini, Ilyas Sofana dosen sekaligus Sekretaris Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), memberikan penjelasan ilmiah terkait penyebab dan solusi masalah tersebut.
Menurut Ilyas, penyebab utama motor brebet sering kali berakar dari kualitas bahan bakar yang rendah. Ia menjelaskan bahwa BBM dengan kualitas buruk membuat proses pembakaran tidak berjalan sempurna.
“Sebelum masuk ruang bakar, BBM yang kotor dapat menyumbat injektor akibat inkonsistensi densitas dan viskositas karena adanya molekul pengotor. Akibatnya, aliran bahan bakar tersendat dan muncullah gejala brebet,” jelasnya Rabu (29/10/25)
Selain itu, proses pembakaran yang tidak sempurna juga bisa menimbulkan endapan pada elektroda busi, yang mengganggu percikan api.
“Busi adalah pemantik utama api. Jika tertutup deposit hasil pembakaran, motor bisa makin brebet,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ilyas menjelaskan bahwa gejala brebet tidak semata-mata disebabkan bahan bakar saja, melainkan juga sistem pengapian.
“Keduanya saling berhubungan. Sistem pengapian yang abnormal bisa disebabkan oleh bahan bakar yang tidak sesuai standar. Jika BBM yang digunakan sesuai manual book kendaraan, keausan komponen pengapian bisa diminimalkan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya memperhatikan angka Research Octane Number (RON). RON tinggi memang bisa mencegah knocking, tapi bukan berarti semakin tinggi semakin baik.
“Kalau di manual book tertulis RON 90, jangan dipaksa pakai RON 92. RON yang terlalu tinggi bisa membuat pembakaran tidak sempurna, menimbulkan jelaga karbon dan deposit pada busi, bahkan meningkatkan emisi gas buang,” terang Ilyas.
Untuk mendeteksi penyebabnya, Ilyas menyarankan langkah sederhana. Pertama, dengarkan apakah brebet terjadi saat motor diam (idle) atau saat digas. Pada motor injeksi, pemeriksaan bisa dilakukan dengan scan tools untuk membaca kode kerusakan.
Sementara untuk motor karburator, pengecekan dilakukan secara manual pada busi, filter bensin, dan saluran bahan bakar.
“Setelah semua normal, bisa coba ganti BBM dengan kualitas lebih baik. Bisa dengan RON lebih tinggi atau tetap sama tapi beda merek,” katanya.
Jika gejala brebet muncul setelah isi BBM, langkah awal yang disarankan adalah menguras tangki.
“Sambil periksa apakah ada air atau kotoran. Kalau belum membaik, baru ganti filter bensin dan lakukan uji jalan,” tutur Ilyas.
Untuk mencegah masalah serupa, Ilyas menekankan pentingnya tune up berkala.
“Standar kendaraan Jepang biasanya setiap 4000–6000 kilometer. Perawatan rutin sangat berpengaruh terhadap ketahanan mesin,” tegasnya.
Terkait penggunaan aditif bahan bakar, Ilyas tidak melarang, namun menyarankan untuk berhati-hati dalam penggunaannya.
“Boleh saja pakai, tapi jangan langsung dengan konsentrasi tinggi. Lakukan bertahap dan pilih produk dari merek terpercaya,” pungkasnya.
(0) Comments