Foto : Dok PPIH Surabaya
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi umat Muslim yang mampu. Namun, di balik kekhusyukan dan keagungan ibadah ini, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi para jemaah, terutama terkait dengan kondisi kesehatan. Tak sedikit jemaah yang kembali ke tanah air dalam kondisi fisik menurun, sehingga rentan mengalami gangguan kesehatan.
Menurut Ira Purnamasari, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya, jemaah haji harus waspada terhadap sejumlah penyakit yang umum terjadi setelah pelaksanaan ibadah di Tanah Suci. Faktor kelelahan, cuaca ekstrem, kepadatan jutaan jemaah, dan perubahan pola hidup selama haji menjadi pemicu utamanya.
Lantas apa saja penyakit yang rentan terjadi setelah pulang haji?
Pertama, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). ISPA menjadi penyakit paling umum yang dialami jemaah haji. Penyebab utamanya adalah kelelahan, paparan debu, serta kontak dekat dengan orang-orang dari berbagai negara. Gejalanya meliputi batuk, pilek, demam, dan sakit tenggorokan.
Kedua, MERS. Middle east respiratory syndrome (MERS) adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran pernapasan, yang disebabkan oleh virus MERS-CoV. Penyakit ini banyak ditemukan di negara Timur Tengah. MERS lebih berisiko menyerang para lansia yang memiliki kekebalan tubuh lemah, serta mengidap penyakit kronis. Gejalanya meliputi demam, batuk, sesak napas, gangguan pencernaan, dan nyeri otot. Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal napas, infeksi yang meluas, gagal organ, hingga kematian.
Ketiga, COVID-19. COVID-19 merupakan penyakit yang sebelumnya menjadi pandemi. COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Gejalanya meliputi sakit kepala, batuk, demam, sakit tenggorokan, hingga hilangnya kemampuan indera perasa dan penciuman. Virus ini mudah menular bahkan dari orang yang terinfeksi tapi tidak menunjukkan gejala.
Keempat, meningitis. Meningitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang (meningen). Gejalanya meliputi nyeri kepala hebat, kaku kuduk, kejang, hingga penurunan kesadaran.
Kelima, gangguan pencernaan. Gangguan pencernaan seperti diare rentan dialami oleh jemaah Haji karena adanya perubahan pola makan dan minum, jenis makanan yang berbeda, serta kondisi sanitasi yang mungkin kurang memadai. Kondisi ini berisiko menyebabkan dehidrasi, terutama di kalangan lansia.
Keenam, kambuhnya penyakit kronis. Kondisi fisik yang terkuras saat haji dapat memicu kekambuhan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung, terutama jika jemaah kurang menjaga pola makan dan minum obat secara teratur.
Dalam keterangannya, Ira juga membagikan cara menjaga kesehatan setelah pulang haji.
Pertama, Istirahat yang Cukup. Tubuh membutuhkan waktu untuk pulih kembali. Tidur yang cukup dan menghindari aktivitas berat selama beberapa hari pertama setelah kembali ke tanah air dapat mengembalikan stamina tubuh.
Kedua, periksakan diri ke fasilitas kesehatan. Segera memeriksakan kondisi kesehatan. Hal ini penting untuk mendeteksi dini gejala penyakit yang mungkin timbul atau sedang berkembang.
Ketiga, konsumsi makanan bergizi. Perbanyak konsumsi makanan kaya vitamin dan mineral untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti buah, sayur, dan protein berkualitas. Hindari makanan berlemak dan tinggi gula.
Keempat, minum air yang cukup. Dehidrasi bisa memperparah berbagai kondisi kesehatan. Mengkonsumsi air putih minimal 2 liter per hari dapat menjaga agar tubuh dapat terhidrasi dengan baik, melancarkan sistem pencernaan, serta membantu fungsi ginjal.
Keempat, gunakan masker saat beraktivitas di keramaian. Sistem imun yang masih lemah pasca haji bisa membuat jemaah mudah tertular penyakit. Mengenakan masker dan menjaga jarak aman adalah langkah pencegahan yang bijak.
Keenam, lanjutkan Pengobatan Penyakit Kronis. Jika memiliki penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan asma, diharapkan tidak menghentikan pengobatan. Segera konsultasi ke dokter untuk kondisi terkini sehingga dosis pengobatan dapat disesuaikan.
(0) Komentar