Istimewa
Beredarnya informasi di media sosial yang mengklaim bahwa air minum kemasan merek Aqua bersumber dari air tanah atau “air sumur” memicu keresahan di masyarakat. Banyak yang khawatir, jika benar bersumber dari air sumur, air tersebut berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
Menanggapi hal ini, Vella Rohmayani, dosen Teknologi Laboratorium Medis Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), menjelaskan bahwa masyarakat perlu memahami terlebih dahulu siklus air, jenis air tanah, serta standar baku mutu air minum yang ditetapkan oleh pemerintah.
“Ketersediaan air, baik dari permukaan maupun bawah tanah, merupakan bagian dari siklus hidrologi alami. Air hujan yang turun akan meresap ke dalam tanah dan sebagian tersimpan di lapisan bumi, membentuk sumber air tanah atau akuifer,” jelas Vella Senin (27/10/25)
Menurutnya, air tanah tidak identik dengan air sumur dangkal. Berdasarkan keterangan resmi Danone Indonesia, produsen Aqua, sumber air yang digunakan berasal dari akuifer dalam (deep aquifer) dengan kedalaman sekitar 60–140 meter di kawasan pegunungan.
Dalam ilmu hidrologi, akuifer merupakan lapisan pembawa air yang terletak di bawah permukaan bumi. Akuifer dalam terlindungi secara alami oleh lapisan batuan kedap air di atasnya, sehingga air di lapisan ini cenderung lebih murni dan bebas kontaminasi aktivitas manusia di permukaan.
Sebaliknya, air sumur dangkal bersumber dari lapisan air yang lebih dekat ke permukaan dan lebih rentan tercemar oleh limbah rumah tangga, septic tank, sampah, maupun aktivitas industri dan pertanian.
“Mengkonsumsi air sumur yang tidak diolah dengan baik memang berpotensi berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut bisa terkontaminasi bakteri seperti E. coli atau logam berat, tergantung kondisi lingkungan sekitar,” tambah Vella.
Beberapa penelitian, terutama di wilayah padat penduduk seperti Jakarta, menunjukkan bahwa air tanah dangkal kualitasnya menurun dan banyak yang tidak layak konsumsi karena terpapar cemaran biologis.
Vella menegaskan, air yang aman diminum harus memenuhi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi sesuai baku mutu pemerintah. Secara fisik, air layak minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Secara kimia, air harus memiliki pH seimbang serta kadar logam berat di bawah ambang batas. Sementara dari sisi mikrobiologi, air wajib bebas dari bakteri koliform dan E. coli yang menjadi indikator kontaminasi, serta tidak mengandung mikroba patogen seperti Salmonella atau Cryptosporidium.
“Aqua sebagai produk air minum dalam kemasan (AMDK) wajib memenuhi semua parameter tersebut. Apalagi sumber air mereka berasal dari akuifer dalam yang terlindungi secara alami, sehingga risiko kontaminasi permukaan sangat kecil,” ungkap Vella.
Ia menambahkan, masyarakat tidak perlu panik terhadap isu yang belum jelas sumbernya.
“Yang terpenting, pastikan air yang dikonsumsi berasal dari sumber terpercaya, telah diuji sesuai standar, dan mendapat izin edar dari lembaga resmi seperti BPOM,” tutupnya.
Dengan standar pengawasan yang ketat serta proses produksi berbasis ilmiah, sumber air dari akuifer dalam justru merupakan salah satu sumber air tanah terbaik dan teraman untuk diolah menjadi air minum kemasan.
(0) Komentar