Shutterstock
Belajar coding sejak dini bukan lagi angan-angan futuristik. Para ahli pendidikan menilai bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) sudah dapat mulai dikenalkan dengan dasar-dasar pemrograman komputer sejak duduk di bangku kelas 5.
Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan secara kognitif dan psikologis, tetapi juga penting sebagai bagian dari persiapan generasi muda untuk menghadapi era digital yang kian kompleks.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Achmad Hidayatullah, Ph.D, menegaskan bahwa pengenalan coding pada siswa kelas 5 SD sangat relevan dan penting. Ia menyampaikan bahwa secara psikologis dan pedagogis, anak-anak usia kelas 5 telah memasuki tahapan perkembangan operasional konkret.
“Pada tahap ini, anak sudah bisa melakukan operasi mental seperti menyusun urutan, membuat klasifikasi, hingga menarik kesimpulan logis dari hal-hal konkret di sekelilingnya,” ujarnya saat ditemui pada Kamis (1/5/2025).
Menurut Dayat, panggilan karibnya, pada usia ini anak memiliki kapasitas untuk berpikir logis, memahami hubungan sebab-akibat, serta mampu memahami simbol dan urutan—kemampuan-kemampuan dasar yang sangat penting dalam belajar coding.
“Oleh karena itu, bukan hanya layak, tetapi juga sangat strategis untuk mengenalkan coding sejak kelas 5 SD. Lebih dari sekadar mengenal bahasa pemrograman, belajar coding memberi banyak manfaat bagi perkembangan anak,” papar dia.
Kata Dayat, coding membantu mengasah logika berpikir, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah. Anak-anak belajar untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi mulai bertransformasi menjadi pencipta teknologi.
“Pengenalan coding sejak dini memberikan fondasi kuat bagi anak untuk menghadapi era digital secara aktif. Mereka tidak hanya menjadi konsumen, tetapi punya potensi menjadi inovator,” terang dia.
Meski demikian, Dayat menekankan pentingnya pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dunia anak.
Coding tidak boleh diajarkan dengan cara yang kaku dan membosankan. Pendekatan visual, menyenangkan, dan interaktif menjadi kunci agar siswa tidak merasa terbebani.
Salah satu contoh metode pengajaran yang ramah anak adalah melalui pengenalan simbol warna dan angka. Misalnya, lingkaran berwarna merah, kuning, hijau, dan biru masing-masing dikodekan dengan angka 2, 3, 4, dan 5.
“Anak-anak harus diberi tahu, belajar coding itu tidak sekadar menulis kode, tetapi juga membangun masa depan. Coding adalah alat untuk berkarya, bukan sekadar pelajaran tambahan,” tegas Dayat.
Menurut dia, dengan menyadari manfaat belajar coding, seperti peluang karier di masa depan, kemampuan menciptakan game atau aplikasi sendiri, hingga keterampilan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak akan lebih bersemangat dan konsisten dalam belajar.
Di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat, Dayat menilai kebutuhan akan literasi digital semakin mendesak. Pembelajaran coding sejak kelas 5 SD dapat menjadi langkah awal untuk membekali generasi muda dengan keterampilan abad ke-21: berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
“Kini saatnya sekolah-sekolah mulai merancang kurikulum coding yang menyenangkan dan relevan. Dengan pendekatan yang ramah anak, visual, dan berbasis manfaat nyata, pembelajaran coding berpeluang besar menjadi salah satu pelajaran favorit di sekolah dasar,” tutup dia.
(0) Komentar