Istimewa
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan setelah muncul laporan mengenai perubahan menu di beberapa wilayah, termasuk Tangerang Selatan. Perubahan tersebut berupa penggantian makanan siap saji bergizi menjadi bahan makanan mentah atau camilan. Kondisi ini menuai kritik dari berbagai pihak, salah satunya dari Dede Nasrullah, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya)
Dede menilai bahwa perubahan tersebut tidak sesuai dengan tujuan utama program MBG, yakni menyediakan makanan bergizi siap santap guna meningkatkan status gizi masyarakat, terutama anak-anak.
“Saya kira penggantian menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi bahan mentah atau camilan di beberapa wilayah tidak sejalan dengan sasaran utama program, yaitu penyediaan makanan bergizi siap santap untuk meningkatkan status gizi masyarakat,”ujar Dede Jumat (26/6/25)
Kata Dede, Penggantian menu MBG menjadi bahan mentah atau camilan jelas tidak sejalan dengan sasaran utama program. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah agar segera dilakukan evaluasi menyeluruh.
Lebih lanjut, Dede mengungkapkan bahwa pemberian bahan makanan mentah, apa pun alasannya, merupakan tanda adanya kegagalan dalam fungsi pengawasan. Ia menilai bahwa fungsi kontrol pemerintah seharusnya dilakukan dengan mengacu pada petunjuk teknis dan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku.
Dede juga menyoroti masih ditemukannya makanan ultra-proses dalam program MBG. Menurutnya, jenis makanan tersebut memiliki kandungan mikronutrien esensial yang sangat rendah, sehingga tidak dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak.
"Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan ultra-proses sejak dini berpotensi membentuk pola makan tidak sehat, yang dapat meningkatkan risiko obesitas hingga penyakit kronis seperti jantung," jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya peran Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menyusun kebijakan dan standar khusus pemberian makanan bergizi gratis selama liburan sekolah. Hal ini untuk menghindari inisiatif sepihak yang tidak sesuai dengan standar gizi.
"Saya berharap kejadian ini tidak terulang dan menjadi perhatian serius bagi pemerintah, khususnya BGN, agar melakukan pengawasan ketat. Saya yakin program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat jika dijalankan sesuai standar," tutupnya.
Sebagai catatan, program MBG telah banyak diterapkan di negara lain dengan hasil yang positif. Namun, tanpa pengawasan ketat dan pelaksanaan yang sesuai prosedur, manfaat dari program tersebut dikhawatirkan tidak akan maksimal.
(0) Komentar