Pakar UMSurabaya: Nilai TKA Bukan Ancaman, Dorong Murid Asah Diri di Luar Nilai Rapor

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Pakar UMSurabaya: Nilai TKA Bukan Ancaman, Dorong Murid Asah Diri di Luar Nilai Rapor
Gambar Artikel Pakar UMSurabaya: Nilai TKA Bukan Ancaman, Dorong Murid Asah Diri di Luar Nilai Rapor
  • 16 Sep
  • 2025

Istimewa

Pakar UMSurabaya: Nilai TKA Bukan Ancaman, Dorong Murid Asah Diri di Luar Nilai Rapor

Kemendikdasmen telah menerbitkan kebijakan Tes Kemampuan Akademik (TKA) sebagai langkah strategis untuk memetakan dan meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia. Kebijakan ini dirancang sebagai alat ukur objektif capaian belajar siswa serta untuk mengkonfirmasi integritas penilaian di satuan pendidikan.

Terkait hal ini, Pengamat Pendidikan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Achmad Hidayatullah Ph.D menilai adanya TKA akan menjadi dasar bagi pemerintah untuk memiliki data standar pencapaian pembelajaran. Meski TKA ini bukan syarat kelulusan dan tidak wajib.

Dengan model tersebut, lulusan Doktoral University Of Szeged Hungaria ini menyebut murid akan ikut ujian bukan karena terpaksa tuntutan kewajiban atau kelulusan. 

“Secara tidak langsung murid diajak untuk melihat TKA ini bukan sekedar test tetapi sebagai sarana feedback hasil belajar,” ujarnya, Minggu (14/9/25)

Artinya, Kata Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, murid diajak untuk tidak hanya puas dengan nilai rapot, namun mereka diajak untuk mengasah diri menghadapi tantangan baru. Sebaliknya, saat murid mengikuti TKA, &self-efficacy (keyakinan diri) mereka akan semakin kuat untuk bersaing dalam skala nasional.

Dayat juga berpendapat, dalam konteks penambahan pada jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), sebagian pihak akan melihat kebijakan ini tidak adil. Sebab, mereka yang mengikuti TKA dianggap punya modal tambahan untuk masuk ke perguruan tinggi. Namun dari sisi positifnya, dalam jangka panjang justru TKA ini jika dilaksanakan dengan baik bisa mendidik murid untuk melihatnya sebagai tantangan dan sebagai peluang pengembangan, bukan ancaman.

“Saya pikir sekolah sekolah memiliki standar yang tidak sama. Bahkan selama ini ada budaya “katrol” nilai rapot untuk mencapai angka kriteria ketuntasan minimal dan berlangsung lama dan telah menjadi rahasia umum. Melalui TKA ini, ada kesempatan bagi semua murid untuk menguji diri level kemampuan mereka dari standard sekolah yang berbeda dengan level kesulitan yang sama,” jabar Dayat.

Ia juga mengungkapkan, sifat TKA yang tidak mewajibkan setiap murid untuk ikut. Dayat berpendapat pemerintah justru memberikan pesan kuat bahwa setiap murid memiliki peluang untuk berkembang, mengasah kompetensi dan menemukan kekuatan melalui tantangan.

Dayat juga mendorong pemerintah untuk mengkaji kebijakan bagi murid yang tidak ikut TKA. Sebab, dalam beberapa penjelasan Kemendikdasmen, nilai TKA akan digunakan sebagai parpor jalur masuk ke perguruan tinggi.

“Selama ini yang saya ketahui masuk ke Perguruan tinggi negeri memiliki banyak jalur. Tidak ikut TKA bukan berarti jalur ke prguruan tinggi tertutup. Mereka punya banyak jalur lain. Bisa melalui jalur SNBT. Dengan kalur SNBT mereka memiliki ruang belajar tambahan, melatih strategi, dan membuktikan bahwa siswloa bisa masuk ke perguruan tinggi tanpa TKA,” pungkasnya.