Shutterstock
Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya berencana menjadikan permainan Mobile Legends sebagai kegiatan ekstrakurikuler mulai tahun ajaran baru 2025/2026. Program ini diharapkan menjadi kegiatan non-akademik yang edukatif sekaligus menyenangkan bagi siswa.
Lukman Hakim Pakar IT UM Surabaya menyebut, mengangkat Mobile Legends sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah terutama di kota seperti Surabaya perlu dilihat dari sudut pandang yang lebih kontekstual dan konstruktif. Memang benar, kata Lukman bahwa sejumlah penelitian mengaitkan permainan daring seperti Mobile Legends dengan potensi perilaku negatif seperti agresivitas, kecanduan, dan pengabaian waktu belajar.
”Namun, kita juga perlu mencermati bahwa potensi tersebut lebih banyak muncul ketika tidak ada pendampingan, edukasi, dan pengelolaan yang tepat dari pihak sekolah maupun orang tua,”ujar Lukman Selasa (20/5/25)
Lukman yang merupakan Dosen Fakultas Teknik tersebut mengatakan, bila dijadikan kegiatan ekstrakurikuler resmi, justru sekolah memiliki peluang besar untuk mengarahkan aktivitas bermain menjadi ruang pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti kerja tim, strategi, komunikasi, dan manajemen emosi.
”Dalam ekosistem ekskul yang terstruktur, siswa dapat belajar tentang etika digital, waktu layar sehat, dan keseimbangan antara hiburan dan tanggung jawab akademik,”imbuhnya.
Lebih lanjut, kata Lukman di beberapa negara, esports telah diakui sebagai cabang kompetitif yang mendukung profesi masa depan-baik sebagai atlet digital, desainer game, caster, maupun analis.
”Dengan pendekatan kurikulum yang tepat, Mobile Legends bisa menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan dunia teknologi dan industri kreatif kepada peserta didik secara relevan dan menarik,”imbuhnya.
Menurut Lukman yang perlu ditekankan bukan sekadar bermain gamenya, tapi bagaimana siswa belajar dari prosesnya. Yang perlu dipikirkan bukan lagi tentang menghakimi dunia game, tapi bagaimana mengintegrasikannya ke dalam strategi pembelajaran yang efektif.
”Pendidikan modern wajib mampu bertransformasi dan merangkul ruang-ruang digital yang relevan bagi generasi muda. Karena Pendidikan seharusnya fleksibel, adaptif, dan bersedia hadir di ruang-ruang yang relevan dengan dunia remaja,”imbuhnya.
Menurut Lukman ada beberapa kelebihan terkait langkah ini.
Pertama, soal relevansi dengan generasi digital. Mobile Legends, sebagai game yang populer di kalangan remaja, memberikan kesempatan bagi sekolah untuk berinteraksi dengan dunia digital yang sudah menjadi bagian dari keseharian siswa.
Kedua, Peningkatan Soft Skills. Ekstrakurikuler ini bisa menjadi wadah untuk mengembangkan keterampilan soft skills seperti kerja sama tim, komunikasi, strategi, dan pengambilan keputusan, yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, Pengembangan Keterampilan Digital. Game seperti Mobile Legends dapat melatih kemampuan berfikir logis , memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan teknologi, yang relevan dengan tuntutan dunia kerja di masa depan.
”Berpikir komputasional sesuai dengan langkah kemendikasmen untuk memasukkan pelajaran yang beririsan dengan dunia IT (Game dan AI),”katanya.
Keempat, alternatif pembelajaran yang menyenangkan. Dengan menjadikan Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler sekolah bisa memberikan alternatif pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar.
Kelima, kolaborasi lintas sektor. Inisiatif ini menunjukkan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan pihak produsen game, seperti moonton, yang dapat memperluas jangkauan dan keberlanjutan program.
”Dengan demikian, menjadikan Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler di sekolah bukan hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga merupakan upaya yang strategis untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan dan peluang di era digital,”pungkasnya.
(0) Komentar