Marak Kampanye Lewat Media Sosial Jelang Pemilu, Ini Kata Dosen UM Surabaya

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Marak Kampanye Lewat Media Sosial Jelang Pemilu, Ini Kata Dosen UM Surabaya
Gambar Artikel Marak Kampanye Lewat Media Sosial Jelang Pemilu, Ini Kata Dosen UM Surabaya
  • 24 Sep
  • 2023

Ilustrasi gambar pixabay

Marak Kampanye Lewat Media Sosial Jelang Pemilu, Ini Kata Dosen UM Surabaya

Kampanye jelang pilpres 2024 mulai gencar dilakukan oleh sejumlah partai politik, capres cawapres hingga calon anggota legislatif (caleg). Sejumlah tokoh dan politisi mulai aktif dan semakin intens menggunakan media sosial sebagai platform komunikasi dengan masyarakat. 

Radius Setiyawan Pakar Media UM Surabaya menilai kampanye lewat media sosial menjadi senjata yang ampuh untuk menggaet pemilih, khususnya pemilih muda, mengingat pengguna internet di Indonesia didominasi generasi millennial dan generasi Z yang menguasai  total pemilih 2024 nanti.

“Mayoritas generasi Z mengakses internet untuk membuka media sosial seperti tiktok dan instagram, generasi Z juga dianggap sebagai generasi yang paling menguasai teknologi informasi karena sangat intens dengan aktivitas digital,”ujar Radius Minggu (24/9/23)

Radius menilai banyaknya calon yang kampanye di media sosial akan memberikan pendidikan politik bagi public, baik itu dari sisi positif atau negatif. Hal tersebut dibuktikan dari meningkatnya penyebaran hoaks atau misinformasi yang terus mengalami peningkatan jelang Pemilu 2024 seperti yang disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo). 

“Sehingga para calon dan parpol memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan politik kepada masyarakat dengan menghadirkan konten-konten yang berkualitas,”imbuh Radius lagi. 

Radius mengatakan, menjaga ruang digital di tengah gempuran isu pemilu menjadi tanggung jawab bersama agar pemilu yang dihasilkan berkualitas dan demokrasi yang berkembang menjadi lebih sehat. 

“Langkah dan pencegahan hoaks, disinformasi, malinformasi di ruang digital harus terus digalakkan. Artinya konten yang dihadirkan tidak hanya untuk menarik simpati pemilih, tapi juga memiliki nilai yang sifatnya mendidik politik masyarakat dan tidak melanggar aturan perundang undangan,”imbuh Radius lagi. 

Terakhir, Radius menyebut media sosial hari ini tidak berlaku one man one vote, pasalnya satu orang bisa memiliki kekuatan setara ratusan, ribuan bahkan jutaan apalagi calon dari kalangan selebritas, sehingga media sosial efektif sebagai pertukaran ide, penyebaran berbagai ide dengan penyebaran yang cepat dan tanpa batas. 

“Hal tersebut sudah semestinya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar kualitas demokrasi yang sedang bertransformasi ke ruang digital terus membaik,”pungkas Radius.