Dosen UM Surabaya Soroti Fenomena Adopsi Spirit Doll Perspektif Kesehatan Jiwa

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Dosen UM Surabaya Soroti Fenomena Adopsi Spirit Doll Perspektif Kesehatan Jiwa
Gambar Artikel Dosen UM Surabaya Soroti Fenomena Adopsi Spirit Doll Perspektif Kesehatan Jiwa
  • 04 Jan
  • 2022

Foto Uswatun Hasanah dosen keperawatan jiwa UM Surabaya (Dok: Uswatun)

Dosen UM Surabaya Soroti Fenomena Adopsi Spirit Doll Perspektif Kesehatan Jiwa

Ramainya adopsi spirit doll atau boneka arwah akhir-akhir ini menjadi perbincangan menarik bagi banyak orang. Beberapa selebritis memperlakukan boneka arwah  layaknya anak sungguhan dengan diberi pakaian bagus hingga aksesoris mewah.

Melihat dari perspektif kesehatan jiwa, Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Uswatun Hasanah mengatakan bahwa tidak ada yang salah jika seseorang memiliki hobi bermain atau mengoleksi boneka, karena hampir semua orang melalui masa kecilnya dengan bermain boneka. (14/1/22)

“Sesuai yang saya pelajari bahwa risiko gangguan mental tidak dipungkiri dapat dialami oleh siapapun, namun kita perlu mengidentifikasi lebih dulu latar belakang para pemilik mengadopsi spirit doll tersebut. Jika koleksi saja tentu tidak masalah, namun jika adopsi dilakukan dengan tujuan khusus menjadi teman bicara atau mengganti peran orang hidup di sekitarnya tentu perlu diwaspadai karena mengarah pada risiko gaangguan kesehatan jiwa,”ungkap Uswatun dalam keterangan tertulis.

Uswatun juga menambahkan risiko gangguan kesehatan jiwa juga bisa terjadi jika pemilik menunjukkan perilaku yang tidak biasa.

“Perilaku ini seperti meyakini bahwa bonekalah yang selama ini membantu kesuksesannya sehingga harus diperlakukan sebaik mungkin. Menyakini bahwa keberadaan boneka akan menjadikan hidup menjadi lebih tenang, tentunya hal ini sudah mengarah pada gejala waham atau perilaku menghabiskan waktu dengan boneka daripada berinteraksi dengan orang lain sehingga cenderung mengisolasi diri,”imbuh Uswatun.

Lebih lanjut lagi Uswatun juga menjelaskan jika perilaku mengisolasi diri dibiarkan berlanjut maka akan menyebabkan berbagai masalah gangguan jiwa lainnya seperti delusi dan halusinasi.