Shutterstock
Kasus pelecehan terhadap anak-anak terus menjadi sorotan publik. Dalam beberapa waktu terakhir, meningkatnya jumlah kasus tersebut mengundang keprihatinan berbagai pihak, termasuk akademisi. Salah satu dosen dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Waode Hamsia. Dalam penjelasannya Waode memberikan sejumlah pesan penting kepada para orang tua untuk lebih waspada dalam menjaga anak-anak mereka.
Waode yang merupakan Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya menjelaskan bahwa anak-anak rentan menjadi target pelecehan karena minimnya pengetahuan dan pemahaman mereka terkait tindakan-tindakan yang tidak pantas. Ia menekankan pentingnya edukasi sejak dini tentang batasan tubuh, bagaimana mengenali tindakan yang tidak pantas, serta cara melapor jika mengalami situasi tidak nyaman.
"Orang tua harus mulai membangun komunikasi yang terbuka dengan anak-anak. Berikan pemahaman bahwa tubuh mereka berhak dijaga dan dilindungi. Jangan pernah menyepelekan perasaan anak ketika mereka merasa tidak nyaman terhadap seseorang,"ujar Waode Senin (19/5/25)
Ia juga menyarankan agar orang tua memperkenalkan konsep ‘sentuhan aman’ dan ‘sentuhan tidak aman’ kepada anak-anak sejak usia dini. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir risiko anak menjadi korban pelecehan dan mampu mengambil langkah-langkah pencegahan.
"Anak-anak perlu diajarkan tentang bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Ini penting agar mereka dapat melindungi diri dan melaporkan jika terjadi sesuatu yang tidak benar,"tegasnya.
Selain itu, Waode juga mengingatkan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak di media sosial.
"Media sosial bisa menjadi pintu masuk bagi para pelaku pelecehan. Pastikan orang tua memahami aplikasi yang digunakan anak dan selalu berdiskusi tentang keamanan digital," tambahnya.
Lebih lanjut, kata Waode pendidikan seksual pada anak masih menjadi topik yang sensitif di kalangan masyarakat Indonesia. Padahal, pendidikan seksual yang tepat sejak dini sangat penting untuk mencegah anak dari risiko pelecehan seksual, kekerasan, dan perilaku seksual berisiko.
“Pendidikan seksual berfungsi untuk mengedukasi anak-anak tentang pubertas dan perubahan tubuh yang akan mereka alami. Dengan pemahaman yang benar, anak-anak akan lebih siap menghadapi masa pubertas tanpa merasa cemas atau malu,”imbuhnya.
Namun, tantangan terbesar dalam mengajarkan pendidikan seksual adalah stigma negatif dari sebagian masyarakat yang menganggapnya tabu. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan pendidikan seksual sejak dini justru lebih mampu menjaga diri dan membuat keputusan yang lebih bertanggung jawab terkait hubungan sosial dan seksual.
Oleh karena itu, Waode menyarankan agar orang tua dan pendidik tidak ragu untuk mulai memperkenalkan pendidikan seksual kepada anak-anak sejak usia dini dengan metode dan bahasa yang sesuai dengan usia mereka.
(0) Komentar