Rektor UMSurabaya saat menyerahkan Beasiswa S2 ke David (Humas)
Keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Justru di tengah segala kekurangan, manusia sering kali menemukan kekuatan terbesar dalam dirinya. Begitu pula dengan Bonifacius David Hendrawan, mahasiswa difabel Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) yang membuktikan bahwa semangat dan cinta seorang ibu mampu menaklukkan segala rintangan. Hampir Setiap hari, selama empat tahun, seorang ibu dengan sabar menunggu di depan pintu kelas menemani putranya yang tengah berjuang menuntut ilmu di tengah keterbatasan fisik. Ia adalah Ina Rostiana Ari Nugrahani, ibu David mahasiswa difabel yang baru saja menorehkan prestasi luar biasa: lulus dengan predikat cumlaude pada wisuda 53.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMSurabaya ini berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu dalam empat tahun dengan IPK 3,68. Sebuah pencapaian yang tidak hanya membanggakan dirinya, tetapi juga seluruh keluarga dan kampus yang mendukungnya.
David adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sejak kecil, ia telah hidup berdampingan dengan disabilitas. Ayah dan ibunya, Purwoko Alfa Kurniawan dan Ina Rostiana Ari Nugrahani, awalnya hanya berharap David dapat mengenal huruf dan angka. Namun, Tuhan menanamkan semangat belajar yang luar biasa dalam dirinya, terutama dalam bidang bahasa.
Sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, David menempuh pendidikan di SLB YPAC Surabaya. Ia tak pernah menyangka akan bisa melanjutkan ke bangku kuliah, hingga suatu hari gurunya memberi kabar bahwa UMSurabaya membuka beasiswa penuh bagi mahasiswa difabel. Setelah melalui serangkaian tes, David dinyatakan lolos dan resmi menjadi penerima beasiswa difabel dengan pembebasan biaya pendidikan penuh.
Di awal perjalanan kuliahnya, David dan keluarga sempat ragu. Sebagai non-Muslim, ia khawatir tidak bisa menyesuaikan diri di kampus berbasis Islam. Namun kekhawatiran itu sirna begitu ia mulai berinteraksi dengan dosen dan teman-teman.
“Semua orang di kampus memperlakukan saya dengan sangat baik. Tidak ada perbedaan. Dosen-dosen juga sangat membantu saya dalam belajar,” ujar David dengan senyum.
Namun perjuangan itu tak selalu mulus. Ada masa ketika David merasa lelah dan hampir menyerah karena tugas menumpuk. Di saat-saat itulah, sang ibu hadir sebagai penopang semangat.
“Kalau ditanya siapa yang paling berjasa, pasti Mama. Beliau teman saya dalam mengerjakan tugas dan orang yang selalu mengingatkan bahwa setiap pilihan harus kita pertanggungjawabkan dengan berani,” ungkap David haru.
Sejak hari pertama kuliah hingga wisuda, sang ibu selalu mengantar dan menunggu David di kampus setiap hari. Perjalanan dari rumah ke kampus ditempuh sekitar satu setengah jam dengan sepeda motor yang sudah dimodifikasi di bengkel agar lebih aman dan nyaman bagi David.
“Awalnya Mama belajar naik motor jauh dulu selama sebulan karena beliau tidak terbiasa. Tapi demi saya, Mama berani,” kenangnya.
Perjuangan itu tak selalu mudah. Pernah motor kami mogok di tengah jalan, bahkan besinya sampai putus. Mama harus mencari pick-up untuk membawa motor pulang, padahal jaraknya masih jauh.
Baginya, cinta dan pengorbanan ibu tidak bisa diukur dengan kata-kata. “Mama adalah ibu terbaik di dunia. Saya selalu berdoa agar Mama diberi umur panjang dan kesehatan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Bagi David, beasiswa difabel bukan sekadar bantuan finansial, tetapi kesempatan untuk mewujudkan mimpi yang dulu terasa mustahil. David mengambil skripsi dengan judul Improving English writing text of 12th grade students with physical impairments using Instagram feed in SLB YPAC Surabaya.
“Terima kasih UMSurabaya sudah mewujudkan mimpi saya, mimpi yang dulu hanya tertulis di atas kertas, tapi kini saya bisa membuktikannya,” katanya penuh syukur.
Ia berharap beasiswa difabel bisa lebih banyak diakses oleh teman-teman difabel lainnya agar mereka juga bisa merasakan hak pendidikan yang setara.
Lulus dengan predikat cumlaude menjadi babak baru dalam hidup David. Ia mengaku sudah menyiapkan rencana ke depan dengan membuka kursus bahasa Inggris online agar bisa tetap produktif dan berbagi ilmu kepada orang lain.
“Dalam waktu dekat, saya ingin memulai usaha private online bahasa Inggris. Itu yang paling memungkinkan saya lakukan. Semoga bisa terwujud,” pungkasnya.
(0) Komentar