Relawan Berpotensi Mengalami Stres, Dosen UM Surabaya Beri Pelatihan Khusus

  • Beranda -
  • Berita -
  • Relawan Berpotensi Mengalami Stres, Dosen UM Surabaya Beri Pelatihan Khusus
Gambar Berita Relawan Berpotensi Mengalami Stres, Dosen UM Surabaya Beri Pelatihan Khusus
  • 22 Des
  • 2021

Foto Dosen UM Surabaya dalam memberikan pelatihan untuk relawan

Relawan Berpotensi Mengalami Stres, Dosen UM Surabaya Beri Pelatihan Khusus

Bencana erupsi gunung Semeru telah menggerakkan elemen masyarakat termasuk para tenaga kesehatan (nakes) dan masyarakat luas untuk menjadi relawan yang terjun membantu korban erupsi di lapangan. Biasanya, para relawan akan melakukan serangkaian kegiatan dengan para penyintas, dan hal yang sering dilupakan bahwa para relawan yang berinteraksi dengan penyintas dengan durasi cukup lama berpotensi mengalami secondary traumatic atau kondisi stres yang dapat terjadi dalam waktu cepat maupun secara perlahan.

Uswantun Hasanah, Dosen Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) mengungkapkan bahwa stres bukan hanya terjadi pada korban bencana. Hal tersebut bisa sangat mungkin terjadi pada relawan bencana. Baik tenaga kesehatan (nakes) atau tenaga yang lain.

"Kondisi stres atau bahkan trauma terjadi karena seringnya mereka berada di lokasi pengungsian, terus berinteraksi, bahkan turut mendengarkan pengalaman yang tidak menyenangkan dari para penyintas dalam waktu yang lama. Hal tersebut mendorong para relawan merasakan kesedihan dan penderitaan," ungkap Uswatun.

Kondisi stres yang kemungkinan terjadi membutuhkan dukungan psikososial agar para relawan tetap sehat secara mental.

"Dukungan psikososial juga diperlukan oleh para relawan agar mereka memiliki ketahanan mental selama berinteraksi dengan para penyintas" tutur dosen muda alumnus Universitas Indonesia.

Selama di lapangan Uswatun memberikan pelatihan kepada para relawan tentang implementasi Psychological First Aid (PFA) pada pelayanan primer, coaching penggunaan teknik relaksasi nafas dalam, dan relaksasi otot progresif.

“Dukungan psikosial diberikan kepada para relawan agar memiliki koping yang adaptif dan mampu beradaptasi pada situasi dan kondisi saat ini. Selain memberikan dukungan, juga dilakukan coaching pada nakes di puskesmas dan kader kesehatan jiwa, agar kedepannya  mereka mampu memberikan penanganan masalah psikososial sederhana secara mandiri," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Uswatun menambahkan pula bahwa dirinya melakukan aksi dukungan psikososial bergabung dengan tim Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial (DKJPS) dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MKJN) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). Agenda tersebut dilakukan pada tanggal 13 - 17 Desember 2021. Salah satu daerah yang menjadi perhatian adalah Puskesmas Tempeh, Puskesmas Penanggal, Puskesmas Candipuro dan beberapa lokasi sekitar bencana.