Peneliti UM Surabaya: Protozoa pada Feses Kucing Bisa Sebabkan Diare hingga Kematian

  • Beranda -
  • Berita -
  • Peneliti UM Surabaya: Protozoa pada Feses Kucing Bisa Sebabkan Diare hingga Kematian
Gambar Berita Peneliti UM Surabaya: Protozoa pada Feses Kucing Bisa Sebabkan Diare hingga Kematian
  • 02 Feb
  • 2022

Foto Vella Rohmayani peneliti UM Surabaya sekaligus dosen prodi sarjana terapan teknologi laboratorium medis FIK UM Surabaya (Dok:pribadi)

Peneliti UM Surabaya: Protozoa pada Feses Kucing Bisa Sebabkan Diare hingga Kematian

Salah satu hewan yang menjadi hospes protozoa adalah kucing. Kucing dapat terinfeksi oleh parasite protozoa karena makan makanan sisa yang berada di tempat sampah atau tempat kotor lainnya.

Vella Rohmayani peneliti  sekaligus dosen Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis FIK UM Surabaya mengungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh dirinya dan tim di awal tahun 2022 di Surabaya menyebutkan terdapat 4 jenis protozoa yang berhasil ditemukan dalam feses kucing yaitu Eimeria spp, Isospora spp, Balantidium sp dan Giardia sp.

Vella menjelaskan protozoa termasuk organisme eukariotik uniseluler, sehingga protozoa sering kali disebut sebagai hewan pertama. Walaupun protozoa hanya terdiri dari satu sel atau uniseluler, namun protozoa sudah memiliki membrane inti sel serta struktur dan komponen selnya lebih kompleks jika dibandingkan dengan organisme prokariotik.

“Protozoa secara umum berdasarkan alat geraknya dapat dibedakan menjadi 4 yakni, Rhizopoda, Cilliata, Flagelata dan Sporozoa. Protozoa umumnya hidup bebas di alam. Protozoa memiliki habitat di air atau di lingkungan yang cenderung lembab atau basah. Beberapa protozoa yang bersifat pathogen, hidup pada tubuh hospes atau inangnya. Adapun yang menjadi inang protozoa adalah alga, invertebrate hingga manusia,”ungkap Vella Rabu (2/2/22)

Lebih lanjut lagi, Vella menjelaskan protozoa pathogen yang terdapat pada feses kucing dapat menular ke manusia. Penularan tersebut dapat terjadi karena kucing mempunyai kebiasaan defekasi di tanah. Protozoa akan keluar bersama dengan feses yang dikeluarkan oleh kucing yang terinfeksi oleh parasite tersebut.

“Hal itulah yang kemudian menyebabkan terjadinya penularan infeksi parasite protozoa melalui tanah. Sehingga akan terjadi penularan ketika seseorang melakukan kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi oleh protozoa stadium kista atau infektif,”imbuh Vella.

Di akhir paparanya Vella juga menegaskan penularan juga dapat terjadi ketika seseorang dengan tidak sengaja menelan protozoa parasite dari makanan yang terkontaminasi oleh feses kucing, dan lain seterusnya.

“Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan jika seseorang terinfeksi oleh protozoa jenis Eimeria spp dan Isospora spp adalah berupa diare, dehidrasi, anemia, hilangnya nafsu makan hingga kematian. Infeksi dari protozoa jenis Balantidium sp dapat mengakibatkan terjadinya penyakit balantidiasis. Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh Giardia sp dapat menyebabkan penyakit giardiasis atau diare. Diare yang disebabkan dapat berupa diare biasa hingga diare mengandung darah,”tandas Vella.

Dari penelitian yang dilakukan ia berpesan untuk menjaga sanitasi lingkungan dari kontaminasi feses kucing. Pemerintah juga perlu melakukan upaya penyadaran pada masyarakat terkait bahaya penyakit dari kucing, serta perlu mendirikan lebih banyak tempat penangkaran kucing, agar kucing liar bisa hidup terawat. Sehingga dapat meminimalir kasus infeksi protozoa yang ditularkan melalui feses kucing.