Masuk Nominasi Santini JMTV Awards 2025, Kisah Rilus Siko Mahasiswa UMSURA yang Menembus Batas Lewat Sepak Bola Amputasi

  • Beranda -
  • Berita -
  • Masuk Nominasi Santini JMTV Awards 2025, Kisah Rilus Siko Mahasiswa UMSURA yang Menembus Batas Lewat Sepak Bola Amputasi
Gambar Berita Masuk Nominasi Santini JMTV Awards 2025, Kisah Rilus Siko Mahasiswa UMSURA yang Menembus Batas Lewat Sepak Bola Amputasi
  • 13 Des
  • 2025

Rilus Siko Mahasiswa UMSURA (Istimewa)

Masuk Nominasi Santini JMTV Awards 2025, Kisah Rilus Siko Mahasiswa UMSURA yang Menembus Batas Lewat Sepak Bola Amputasi

Perjalanan hidup Sirilus Siko atau yang akrab disapa Rilus menjadi potret tentang keberanian, ketekunan, dan semangat yang tak pernah menyerah pada keterbatasan. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSURA) ini kini masuk dalam nominasi Santini JMTV Awards 2025, sebuah ajang apresiasi bagi atlet, pelatih, pegiat, hingga pelaku industri olahraga di Indonesia.

Santini JMTV Awards tahun ini menghadirkan 21 kategori, termasuk kategori paralimpik, sebagai bentuk pengakuan terhadap perjuangan dan prestasi insan olahraga dari berbagai cabang. Nama Rilus menjadi salah satu yang mencuri perhatian lewat kiprahnya di sepak bola amputasi.

Rilus lahir di Ende, Nusa Tenggara Timur, dengan disabilitas pada kaki kanan. Kondisi tersebut telah ia hadapi sejak kecil. Namun, keterbatasan fisik tidak pernah memadamkan kecintaannya pada sepak bola. Sejak usia lima tahun, ia sudah akrab dengan lapangan, bahkan bermain bersama teman-temannya yang non-disabilitas.

“Mereka mungkin melihat saya kasihan, tapi dari diri saya sendiri tidak ada rasa takut. Saya main bola pakai tongkat,” ungkap Rilus, Sabtu (13/12/25).

Kegigihan dan rasa percaya diri itulah yang kemudian mengantarkannya pada perjalanan panjang di dunia sepak bola amputasi. Setelah lulus SMA, Rilus mulai aktif mencari informasi tentang sepak bola amputasi melalui media sosial. Dari sana, ia mengetahui adanya komunitas sepak bola amputasi di Surabaya.

Tanpa ragu, Rilus memutuskan hijrah ke Kota Pahlawan, meski saat itu komunitas sepak bola amputasi Surabaya belum memiliki sekretariat tetap. Setibanya di Surabaya, ia disambut dengan hangat oleh para pengurus dan mulai mengikuti latihan secara rutin. Dengan tekad kuat, Rilus berlatih tanpa mengenal lelah, membawa misi untuk membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berprestasi.

Usahanya berbuah manis. Rilus berhasil lolos seleksi dan dipercaya memperkuat Tim Nasional Sepak Bola Amputasi Indonesia dalam ajang Artalive Challenge Cup 2023 di Malaysia. Turnamen tersebut menjadi titik balik besar dalam hidupnya. Indonesia keluar sebagai juara, dan Rilus turut menyumbangkan satu gol meski bermain di posisi winger yang menuntut fisik kuat dan mobilitas tinggi.

“Saya bersyukur bisa lolos seleksi dan terpilih memperkuat tim nasional ke Artalive Challenge Cup 2023 di Malaysia,” tuturnya.

Sepulang dari Malaysia, Rilus kembali ke Surabaya dan berusaha hidup mandiri. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia bekerja sebagai kurir pengiriman di JNE. Menariknya, pihak perusahaan memberikan dukungan penuh dan tidak mempermasalahkan kondisi disabilitasnya. Rilus menjalankan tugasnya menggunakan motor yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhannya.

“Perusahaan mendukung saya sebagai atlet. Sekarang saya fokus bersama tim nasional amputasi yang akan berlaga di Kejuaraan Sepak Bola Amputasi Asia 2025 di Bangladesh. Mohon doa dan dukungannya,” ujarnya.

Prestasi di dunia olahraga membuka pintu baru bagi Rilus di bidang pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surabaya memberikan beasiswa atlet penuh sebagai bentuk apresiasi atas pencapaiannya. Kini, Rilus tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum UMSURA semester lima.

Bagi Rilus, kuliah bukan sekadar mengejar gelar akademik, tetapi juga investasi masa depan. Ia memilih jurusan hukum dengan harapan kelak dapat ikut memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas agar lebih diperhatikan dalam kebijakan dan perlindungan hukum.

Di lingkungan kampus, Rilus dikenal sebagai mahasiswa yang tekun, rendah hati, dan inspiratif. Ia mampu membagi waktu antara kuliah, latihan bersama tim nasional, dan pekerjaannya sebagai kurir. Semangatnya menjadi teladan bagi banyak orang, terutama mahasiswa lain.

Meski telah menorehkan banyak prestasi, Rilus tidak berhenti bermimpi. November bulan lalu ia mengikuti kualifikasi Piala Dunia Sepak Bola Amputasi 2026 di Costa Rika bersama Tim Nasional Indonesia.

“Meski belum bisa membawa juara, semoga ini bisa menjadi pelajaran dan ada kesempatan-kesempatan baik lagi kedepannya,”ujarnya. 

Bagi Rilus, mimpi tersebut bukan sekadar ambisi pribadi, melainkan misi untuk mengharumkan nama bangsa. Dari Ende yang sederhana hingga panggung internasional, Rilus Siko membuktikan bahwa keterbatasan fisik tak pernah mampu membatasi mimpi dan tekad manusia.

Kisahnya menjadi pengingat bahwa dengan kerja keras, keberanian, dan doa, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi dan menginspirasi dunia.