Prof. Sukadiono Guru Besar Fisiologi UMSurabaya (Humas)
Olahraga kini bukan lagi sekadar aktivitas fisik, melainkan telah menjadi gaya hidup masyarakat modern. Mulai dari anak muda yang jogging di lapangan, pekerja kantoran yang berlatih di pusat kebugaran, hingga lansia yang rutin mengikuti senam bersama, semua menjadikan olahraga bagian penting dalam menjaga kesehatan tubuh dan mental. Namun, di balik semangat ini, tubuh manusia tetap tunduk pada hukum fisiologi yang sama: saat intensitas olahraga meningkat, performa fisik memiliki batas.
Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Sukadiono, dr., M.M., dalam orasi ilmiahnya sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), dengan tema “Strategi Buffering Fisiologis Melalui Intervensi Sodium Bicarbonate untuk Daya Tahan dan Performa Atlet”.
“Pada intensitas tinggi, tubuh memicu metabolisme anaerob yang cepat memproduksi energi, tetapi menghasilkan ion hidrogen (H⁺) yang menurunkan pH tubuh. Kondisi ini disebut asidosis, yang membuat otot terasa berat, nyeri, dan mengurangi daya ledak,” jelas Prof. Sukadiono.
Dampak ini kerap menjadi penghambat performa pada olahraga seperti sprint, renang, sepak bola, hingga basket.
Untuk mengatasi masalah ini, tubuh sebenarnya memiliki mekanisme buffering fisiologis melalui sistem bikarbonat, protein, dan fosfat. Namun, ketika beban latihan sangat tinggi, sistem alami ini tidak cukup cepat bekerja. Di sinilah sodium bicarbonate (natrium bikarbonat) hadir sebagai strategi eksternal.
Menurut Prof. Sukadiono, suplementasi sodium bicarbonate mampu meningkatkan cadangan bikarbonat di darah, sehingga mempercepat pembuangan ion H⁺ dari otot dan menjaga kestabilan pH.
“Dengan cara ini, atlet dapat menunda kelelahan, mempertahankan intensitas latihan lebih lama, dan memulihkan tenaga lebih cepat,” ujarnya.
Berbagai studi menunjukkan manfaat sodium bicarbonate sangat signifikan pada olahraga berbasis metabolisme anaerob, seperti lari jarak menengah, renang, dayung, serta cabang beregu yang menuntut sprint berulang, seperti sepak bola dan basket. Strategi ini biasanya dilakukan dengan dosis 0,2 hingga 0,3 g/kg berat badan, dikonsumsi 1-3 jam sebelum latihan atau kompetisi.
Namun, Prof. Sukadiono juga mengingatkan potensi efek samping seperti gangguan pencernaan.
“Solusinya adalah dengan teknologi seperti hidrogel yang meminimalkan iritasi lambung, atau membagi dosis agar lebih nyaman,” jelasnya.
Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa intervensi sodium bicarbonate bukan sekadar teori, tetapi bukti nyata bagaimana sains dapat membantu atlet mencapai performa terbaik.
“Ini adalah langkah strategis agar olahraga tidak hanya menjadi gaya hidup, tetapi juga prestasi,” pungkas Prof. Sukadiono.
(0) Komentar