Dosen FKG UM Surabaya Bagikan Tips agar Anak Tak Takut ke Dokter Gigi

  • Beranda -
  • Berita -
  • Dosen FKG UM Surabaya Bagikan Tips agar Anak Tak Takut ke Dokter Gigi
Gambar Berita Dosen FKG UM Surabaya Bagikan Tips agar Anak Tak Takut ke Dokter Gigi
  • 05 Jun
  • 2023

Ilustrasi gambar (Shutterstock)

Dosen FKG UM Surabaya Bagikan Tips agar Anak Tak Takut ke Dokter Gigi

Terkadang orang tua tidak menyadari betapa penting mengajak anak sedini mungkin ke dokter gigi. Karena menurut rekomendasi AAPD (American Academy of Pediatric Dentistry) disarankan untuk membawa anak ke dokter gigi sebelum usia 1 tahun dan bahkan dimulai saat usia 6 bulan dan atau saat gigi pertama tumbuh.

Menjadikan pengalaman pertama kunjungan ke dokter gigi menjadi pengalaman yang menyenangkan tidaklah mudah, sehingga orang tua perlu tahu terkait tipsnya agar kunjungan ke dokter gigi berjalan lancar.

Dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UM Surabaya Bingah Fitri Melati membagikan 7 tips yang bisa dilakukan orang tua agar anak tak takut ke dokter gigi.

Pertama, membiasakan anak untuk menjaga kerbersihan rongga mulut. Rongga mulut sudah harus dibersihkan secara rutin sejak usia bayi dengan menggunakan kasa yang sudah dibasahi untuk menghilangkan sisa asi/susu yang melekat.

“Menyikat gigi anak dimulai sejak gigi pertama tumbuh dua kali sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur. Selain menjadikan anak terbiasa dengan kebersihan rongga mulutnya, kegiatan ini juga akan memudahkan dokter gigi pada saat melakukan pemeriksaan rongga mulut anak yaitu saat memasukkan alat ke dalam mulut anak, tidak akan ada penolakan,”ujar Bingah Senin (5/6/23)

Kedua, bermain peran menjadi dokter gigi, hal ini dapat memberikan gambaran kepada anak apa yang akan dilakukan saat berkunjung ke dokter gigi. Ajak anggota keluarga lain atau boneka kesayangannya untuk berpura-pura menjadi pasien dan meminta membuka mulutnya untuk diperiksa. Anak juga dapat dikenalkan melalui buku atau video edukasi bagaimana visualisasi saat dilakukan pemeriksaan gigi.

Ketiga, sampaikan alasan berkunjung ke dokter gigi dengan bahasa yang sederhana dan baik. Seringkali anak-anak menganggap ke dokter gigi adalah sebagai hukuman karena tidak mau menyikat gigi dan atau menakut-nakuti akan disuntik jika tidak menurut  . Hal ini akan membuat anak semakin resisten dan takut untuk melakukan pemeriksaan gigi.

“Pentingnya menyampaikan ke anak bahwa pemeriksaan gigi adalah suatu hal yang positif yang akan membuat gigi-giginya sehat sehingga tidak akan merasa sakit gigi lagi,”imbuh Bingah lagi.

Keempat, mencari informasi tentang dokter gigi yang akan merawat dan klinik yang akan dikunjungi. Anak-anak juga dapat dilibatkan dalam pencarian informasi ini sehingga anak  akan merasa nyaman saat bertemu pertama kali dengan dokter gigi. Ikatan emosional antara anak dan dokter gigi akan terjalin dengan baik dari awal sehingga seberat apapun rencana perawatannya anak akan dapat melaluinya dengan baik.

Kelima, mengajak anak ke Dokter gigi sebelum ada keluhan sakit gigi. Sebagai orang tua kita harus  mengenalkan anak ke dokter gigi tanpa harus ada keluhan sakit gigi. Hal ini akan membuat anak memiliki memori yang bagus tentang kunjungan ke dokter gigi. Karena jika anak sudah ada keluhan, anak menjadi kurang kooperatif dan pilihan perawatannya pun tidak semudah jika tanpa ada keluhan.

Keenam, memberikan penghargaan kepada anak. Berikanlah pujian saat anak sudah bersedia diajak dan bisa dilakukan pemeriksaan gigi  dan jika rencana perawatan yang direncanakan tidak dapat dilakukan pada saat itu juga, tetaplah berikan pujian dan semangat atas apa yang telah dilaluinya.

“Hal ini akan membuat anak merasa dihargai dan membuat anak percaya pada dokter giginya sehingga di kunjungan berikutnya anak bisa lebih kooperatif untuk dilakukan perawatan,”katanya.

Terakhir, jadwalkan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Dokter gigi  akan melihat pertumbuhkembangan gigi anak secara teratur, untuk melihat apakah ada gigi yang akan tumbuh, bagaimana arah tumbuhnya baik atau tidak, apakah ada lubang gigi, dan untuk memberikan informasi mencegah terjadinya lubang pada gigi anak.

“Jika rutin kontrol ke dokter gigi maka perawatan yang diberikan relatif lebih sederhana,”pungkas Bingah.