Media sosial dihebohkan dengan fenomena jasa sewa pacar
dengan penawaran tarif yang beragam mulai dari 100 ribu hingga Rp 1,5 jutaan
per jam. Sewa pacar yang awal mulanya ramai di platform Tiktok dan menjadi tranding
di Twitter tersebut banyak yang mengklaim sudah ada yang memberikan testimoni
usai menggunakan jasa sewa tersebut.
Bahkan ada pula penyedia jasa yang sudah memberikan
fasilitas katalog lewat website. Pada website tersebut pacar sewaan bisa diajak
kencan, menemani belanja, berburu makanan hingga menemani untuk mengunjungi
pesta pernikahan. Sementara, jasa yang diberikan dapat berupa foto bersama,
pegangan tangan, merangkul pundak, hingga berkencan bersama.
Ramainya kasus tersebut ditanggapi Radius Setiyawan
Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Radius menyebut faktor yang
membuat seseorang menyewa jasa pacar adalah tuntutan sosial yang tinggi sekaligus
persoalan seksualitas.
Menurut Radius, fenomena sewa pacar di media sosial
merupakan bagian dari perkembangan zaman yang berdampak pada mudahnya alat
komunikasi sehingga seseorang dengan mudah berinteraksi.
“Saya memprediksi kedepan fenomena ini bakal lebih ekstrem,
interaksinya sangat mungkin tidak hanya bertemu di dunia nyata. Seseorang akan
sangat mungkin melakukan hubungan seksual di dunia cyber untuk memuaskan hasratnya,”kata
Radius Kamis (3/11/22)
Ia menyebut seiring perkembangan dan meluasnya penggunaan internet memunculkan
revolusi seksual yang memungkinkan seseorang melakukan eksplorasi seksual yang
melampaui batas-batas budaya, gender, usia, agama, bangsa, bahkan bentuk fisik.
“Ekspresi diri ini dapat disalurkan melalui, sosial media, aplikasi
digital, webcam interaktif, teknologi sentuhan (sense of touch hingga aplikasi jasa sewa pacar,”imbuhnya.
Ia menyebut
anonimitas ruang siber, membuat seseorang dapat mengekspresikan dengan atau
tanpa identitas asli mereka sekaligus dapat dijadikan ruang mengusir kebosanan.
Radius
menjelaskan kecepatan teknologi hari ini harus dibarengi dengan kemampuan membangun
justifikasi yang otoritatif atas perilaku seks di dunia cyber.
“Tujuannya adalah agar agama dan budaya tidak mengalami
kegagapan menghadapi masa depan (shock future) yang terus
memunculkan praktik-praktik baru,”kata Radius lagi.
Ia juga menghimbau untuk berhati-hati, pasalnya dengan
mengakses website seperti jasa sewa pacar, jasa sewa kencan memungkinkan para
hacker untuk mengambil data pengguna dan menggunakannya secara tidak
bertanggung jawab.
Tidak hanya itu, beberapa ancaman kejahatan juga bisa
terjadi seperti penguntit, spamming email, palacakan data pekerjaan hingga
meretas alamat IP.
Di akhir keterangannya, Radius menyebut ramainya fenomena
jasa sewa pacar menjadi sebuah tantangan baru bagi negara, agama dan tatanan
sosial masyarakat.
“Semoga kondisi ini mendapatkan perhatian, karena jika
tidak kondisinya akan lebih ekstrem dan menjadi petaka di masa depan,”pungkas
Dia.