Isu penculikan anak beberapa hari
ini santer di media sosial. Penculikan anak yang terjadi di wilayah Jakarta,
Surabaya dan sekitarnya marak tersebar melalui pesan berantai. Polda Jatim
memastikan informasi tersebut bohong (hoax).
Radius Setiyawan Dosen Desain
Komunikasi Visual (DKV) sekaligus Pakar Media UM Surabaya menyebut hoax
merupakan tindakan amoral di wilayah cyber. Ia menyebut hoax hadir dari sikap
mental yang mengesampingkan integritas.
Radius mengatakan, penyebaran
informasi hoax terkait kasus penculikan anak menimbulkan keresahan bagi
masyarakat, sehingga masyarakat perlu diingatkan agar tidak mudah panik. Tetapi
tetap waspada.
“Agar tidak mudah terprovokasi
kabar yang beredar di media, cari lebih dulu kebenarannya. Masyarakat penting
melakukan saring dulu sebelum sharing,”ujar Radius Rabu (1/2/23)
Radius Dosen pengampu mata kuliah
kajian media juga menegaskan bahwa pemerintah melalui aparat perlu memberikan
jaminan akurasi informasi.
"Pemerintah melalui aparat
harus memberi jaminan keamanan. Memberi informasi yang akurat ke masyarakat.
Informasi tersebut harus dibarengi dengan jaminan rasa aman.” tegasnya lagi.
Selanjutnya Radius mengatakan,
kemajuan teknologi yang mendengungkan kecepatan dan akselerasi seolah tidak
memberikan pilihan ruang dan semua hal dipaksa mengikuti arus yang serba cepat
dan efeknya dari itu semua adalah kepanikan.
“Masyarakat seolah terseret ke
dalam sebuah ruang yang memaksa mereka terperdaya oleh disinformasi dan
misinformasi. Hal tersebut tergambar dari fenomena akhir-akhir ini soal
penculikan anak. Banyak orang dibuat panik dan resah atas informasi tersebut.
Padahal kebenarannya diragukan,” pungkasnya.