Nama Farhan Abimanu alias Manu baru-baru ini ramai diperbincangkan di
media sosial, pasalnya remaja asal Bojonegoro Jawa Timur tersebut kecanduan
menghirup aroma bensin pertalite sejak TK hingga sekarang. Manu mengaku jika
tak menghirup aroma bensin tubuhnya menjadi lemas.
Hal tersebut ditanggapi oleh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM
Surabaya Ira Purnamasari. Ira menyebut kecanduan
menghirup aroma bensin setara dengan kecanduan narkoba. Pasalnya bensin
termasuk bahan kimia bergas yang memiliki aroma kuat, bensin merupakan bahan
bakar yang mengandung benzena yang jika dihirup secara terus menerus akan
membuat otak kecanduan (adiktif).
Benzena juga dikenal
sebagai karsinogenik zat yang berpotensi menyebabkan kanker dan berbahaya jika
terhirup dalam konsentrasi tinggi atau paparan jangka panjang.
“Saat aroma bensin
dihirup mengalir dari paru-paru menuju ke jantung yakni sistem peredaran darah
dan menuju ke otak, secara otomatis bahan kimia beracun yang dihirup akan
merusak paru-paru, jantung, otak, hati dan ginjal ,”jelas Ira Senin (8/5/23)
Ira juga menegaskan, apalagi
kebiasaan ini sudah dilakukan sejak kecil hingga remaja. Sudah bisa dipastikan
bahwa kondisi otak, saraf, dan organ tubuh lainnya tidak sedang baik-baik saja.
Menurutnya, dibalik kenikmatan tersebut, ada kerusakan organ yang bersifat
progresif.
“Kebiasaan menghirup
bensin merupakan bentuk penyimpangan perilaku. Dikarenakan menghirup dengan
tujuan agar diperoleh efek ngefly, halusinasi, dan euforia. Namun tidak jarang
pada akhirnya melakukan tindakan impulsif dan agresif,”imbuh Ira lagi.
Lebih lanjut lagi, Ira
menyebut penyimpangan perilaku ini menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang
sulit untuk dihentikan atau efek ingin menggunakannya secara terus menerus,
yang jika dihentikan akan mendapat efek lelah atau rasa sakit luar biasa, sama
halnya seperti seseorang yang sedang sakau.
Kenakalan remaja atau
sering disebut dengan juvenile delinquency dalam bentuk perilaku
menghirup bensin secara terus menerus merupakan akibat dari pengabaian sosial,
hingga melakukan perilaku yang menyimpang.
Dalam kasus ini,
kebiasaan menghirup bensin dilakukan sejak kecil tanpa ada larangan atau
ketegasan dari orang tua, yang akhirnya dibawa hingga remaja dengan alasan enak.
Bisa dikatakan salah satu faktor pendorong remaja menghirup bensin adalah peran
keluarga.
“Kita harus memperjelas
tugas dan peran orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak. Jika dirasa anak
sudah melakukan penyimpangan yang dapat mengganggu kesehatan, segeralah membawa
anak ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan,”katanya.
Terakhir, Ira menyebut pengabaian
yang dilakukan dapat berakibat fatal. Perilaku menyimpang ini dapat merusak
saraf, mengakibatkan penurunan kemampuan bicara, penurunan ingatan, berpikir
lambat, disorientasi, agresif, halusinasi, hilang kesadaran, kejang hingga
kematian.