Muda, menginspirasi dan
berprestasi. Itulah gambaran dari sosok Lina Nur Hidayahtur Rohmah. Mahasiswa
UM Surabaya Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya angkatan pertama yang kini
telah menjadi seorang dokter. Lina panggilan sapaan akrabnya berhasil lulus pada
Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) periode November
2022 dengan mengantongi nilai terbaik nasional. Dalam capaian tersebut ia
menempati urutan ke dua dari FK PTN/PTS se-Indonesia.
Rupanya perempuan asal
Sidoarjo Jawa Timur ini sudah langganan menciptakan inovasi, salah satu inovasi
yang diciptakan bersama timnya adalah Goldarhes. Alat produk inovasi atau alat
tes golongan darah dan rhesus yang berbasis android dan sensor cahaya. Menurut
penuturannya, alat inovasi yang dibuat untuk mengurangi human error dan untuk
kecepatan penggolongan darah di saat kondisi krisis seperti kecelakaan dan
bencana alam yang memerlukan bantuan medis berupa transfuse darah.
Tak hanya menghasilkan
produk inovasi. Beberapa kejuaraan yang pernah diraih diantaranya: pada tahun
2017 ia menjadi juara I Program Inovasi Mahasiswa (PIM) tingkat Universitas,
Juara III Ajang Teknologi Tepat Guna tingkat Kota Surabaya 2017. Tahun 2018
Juara Harapan 1 Histology, Anatomy, illness, Normalized and Education
Competition (HISTAMINE)
Sementara itu, pada
kancah nasional dan internasional ia pernah menyebet juara II lomba poster
public Islamic Fair of Public Health Airlangga University, Gold medal at The
2nd World Invention Technology Expo, The Best Presenter Award in the international
conference in Muhammadiyah University of Yogyakarta, Gold medal at Kaohsiung
International Invention & Design Expo, Gold medal at The 2nd World
Invention Technology Expo, Special Award from Highly Innovative Unique
Foundation (HIUF) in the Kingdom of Saudi Arabia Presented, Special Award from
Sri Ramakrishna Educational Institutions India, Best Invention Award from
Malaysian Research & Innovation Society (MyRIS).
Pernah Gagal pada Ujian Stase
Terakhir
Rupanya dibalik belasan
prestasi yang diraih, Lina sempat down lantaran ia harus mengulang stase
clinical comprehensive UGD, sehingga ia harus mengulang semua dari awal selama
satu bulan, sementara teman-teman yang lain sudah memasuki waktu libur, bahkan akibat
hal tersebut, orang tuanya sempat dipanggil.
“Tapi Alhamdulillah, semua bisa terlewati dengan baik dan bersyukur
bisa lulus tepat waktu,”kata Lina Rabu (15/3/23)
Menurutnya
kegagalan yang dialami menjadi salah satu titik balik kehidupannya. Ia meyakini
bahwa kesuksesan tidak instan. Perjuangan saat menjalani proses itulah yang
terpenting. Kegagalannya memberikan pelajaran bahwa ia harus berjuang lebih
banyak, bekerja lebih keras dan berdoa lebih tulus.
“Bersyukur punya orang
tua yang selalu support, mereka tidak pernah berhenti memberi dukungan, meski
saya pernah gagal, orang tua selalu memotivasi, dan justru itu berdampak besar
dalam diri saya,”imbuh Lina lagi.
Saat ditanya, tips
belajar ala dirinya karena telah meraih nilai terbaik, rupanya ia bukan
katagori orang yang belajar setiap saat dan waktu. Menurutnya sesuatu yang baik
adalah sesuatu yang dikerjakan secara teratur dan tidak dalam keadaan terpaksa.
“Yang saya terapakan dalam
hidup adalah, setiap hari harus ada kemajuan, meskipun itu sedikit tidak
menjadi masalah, yang penting adalah konsisten,”tegas dia.
Gadis kelahiran Kediri
tersebut, tidak menyangka bisa di titik sampai bisa mengambil sumpah dokter.
Pasalnya sejak kecil ia tidak memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, bahkan
latar belakang keluarganya juga tidak ada dari kesehatan. Lina sempat mengeyam
pendidikan sebagai mahasiswa teknik di Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya,
namun hal tersebut berhenti karena sesuatu hal.
Di akhir keterangannya,
ia menyebut bahwa setiap kesuksesan dan kemudahan yang ia terima, adalah berkah
dari orang tua. Menurutnya doa orang tua adalah kunci.
“Saya meyakini banyak
keberuntungan dan kemudahan dalam dalam hidup saya karena doa ibu saya,”pungkas
Lina.