Media sosial dihebohkan dengan
fenomena ngemis online sembari mandi lumpur di aplikasi Tik Tok. Selain menarik
perhatian akademisi untuk memberikan tanggapan, hal tersebut juga mendapatkan
respon yang tajam dari masyarakat, banyak yang menilai ngemis online dengan
mandi lumpur menciderai nilai-nilai kemanusiaan bahkan mengeksploitasi
kemiskinan.
“Ternyata akses atas media sosial
yang terbuka untuk semua kalangan dan secara otomatis mempermudah orang
memperoleh banyak uang, menyisakan persoalan serius. Keterbukaan akses
informasi ternyata mengakibatkan sebagian dari kita kehilangan nalar empati”
kata Radius Setiyawan Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) UM Surabaya Kamis (19/1/23)
Radius menyebut, di zaman yang
serba instan ini, demi mendapatkan popularitas dan uang banyak orang yang
akhirnya kehilangan nalar empatinya.
“Kita harus melihat hal ini
dengan kacamata yang berbeda, nenek-nenek dan ibu yang mandi lumpur itu adalah
korban. Di tengah kondisi ekonomi yang berat, terkadang orang rela melakukan
aksi-aksi konyol,”imbuhnya lagi.
Radius, dosen pengampu mata
kuliah kajian media menjelaskan bahwa di era digital ini, banyak orang memiliki
akses dan sarana untuk memenuhi kebutuhan yang ada di dunia nyata dengan cara
yang tidak masuk di nalar manusia. Kondisi tersebut perlu mendapatkan atensi
semua pihak. Pemakluman atas kondisi tersebut berbahaya bagi masa depan
generasi kita.
“Salah satu hal yang bisa
dilakukan untuk menghentikan kasus-kasus mandi lumpur adalah dengan menfilter
tontonan, artinya tidak memberikan perhatian dan kontribusi, dengan tidak
menonton ataupun memberikan koin,”jelasnya lagi.
Radius juga menyebut, fenomena
ini berpotensi menimbulkan masalah-masalah baru. Pasalnya tidak menutup
kemungkinan tren seperti ini akan menyebar ke platform media sosial yang lain.
“Peran pendidik, orang tua,
masyarakat dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk mendampingi anak dalam memilih
dan memilah informasi agar setiap tontonan yang dipilih memiliki nilai dan
manfaat sesuai usianya, apalagi Tik Tok ini kan digandrungi oleh semua
usia,”kata Radius lagi.
Di akhir keterangannya Radius
juga berharap, ke depan platform media sosial akan memberikan aturan yang lebih
bijaksana terhadap konten-konten yang ada.
“Tentunya apabila hal ini
dibiarkan, platform media sosial akan dipenuhi konten-konten yang tidak bermutu
dan berdampak pada kualitas generasi ke depannya,”tutup Radius.