Oleh : Wiwik Juwarini Prihastiwi
Cepatnya penyebaran virus covid19 ini menyebabkan tinggi masyarakat yang terpapar virus ini dan tinggi pula angka kematian di Indonesia. Terus meningkatnya kasus masyarakat terpapar dan meninggal, pemerintah Indonesia menerapkan berbagai kebijakan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus covid-19, salah satunya adalah lock down. Kebijakan lock down dimaksudkan agar terjadi physical distancing di masyarakat. Kebijakan lock down diikuti kebijakan Work from Home dan Studi Form Home
Khusus di bidang pendidikan, kebijakan yang dikeluarkan kementerian pendidikan Republik Indonesia yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring). Disisi lain, perkembangan teknologi digital yang sangat cepat dan masif, juga berdampak pada perubahan model pembelajaran dimana pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan teknologi telah banyak dilaksanakan. Berbagai media pembelajaran jarak jauh pun dicoba dan digunakan antara lain, e-learning, aplikasi zoom, google classroom, google meet, youtube, maupun media sosial whatsapp.
Kharakteristik pembelajaran daring lebih menekankan student-base learning oleh karena itu seluruh kendali belajar berada pada diri pembelajar (Kumar dkk., 2011). Hal ini yag akan menjadi masalah pada pembelajar yang berada pada masa transisi dari model pembelajaran tatap muka ke model pembelajaran daring. Hasil penelitian yang dilakukan Prihastiwi (2020) pada mahasiswa terkait dengan perkuliahan daring dimasa pandemik covid 19 ini dengan subyek 125 orang menunjukkan 1) mahasiswa mengalami kebingungan dalam memahami materi 87,6%; 2) kurang puas karena kurang mendapat penjelasan yang mendalam 87,5%; dan mengalami stress sebanyak 84%.
Hasil penelitian diatas menunjukkan ada persoalan psikologis yang muncul dalam pembelajaran daring yang tentu akan berdampak pada prestasi belajar. Memperhatikan problematik yang dialami mahasiswa dalam pembeleajaran daring diatas, maka untuk dapat sukses dalam pembelajaran daring dan terhindar dari problem diatas pembelajar harus: Pertama, poenguasaan teknologi khususnya digital. Perkembangan teknologi yang begitu cepat yang akan di gunakan sebagai media pembelajaran ke depan. Mahasiwa harus memiliki kesiapan menerima teknologi dan menguasai teknologi tersebut agar mampu mengikuti pembelajaran. Kedua, Menjadi self directed learner, Hasil penelitian Prihastiwi (2020) menunjukkan bahwa kesiapan belajar dan kesuksesan dalam pembelajaran daring sangat berkorelasi positif dengan kemampuan peserta diri dalam self directed learning. Sebagian besar pembelajaran Online atau daring, mahasiswa akan berpegang pada modul, membaca tugas sesuai petunjuk dan kemudian harus menindaklajuti dengan penelitian sendiri dalam suatu topik. Dengan demikian pembelajar dituntut untuk melakukan ekplorasi yang lebih mendalam dan lebih luas dari topik yang dipelajari sehingga dapat memperoleh pemdahaman yang mendalam dan mendapatkan manfaat yang maksimal. Disinilah pembelajar dituntut secara mandiri untuk mengarahkan diri dalam melakukan eksplorasi dan menindaklanjuti topik yang telah dipelajari . Oleh karena itu Tan ( 2015) menekankan bahwa pembelajar harus menjadi self directed learner dengan memiliki inisiatif sendiri untuk belajar, mengambil tanggungjawab akan belajar, mengetahui kebutuhan belajarnya sendiri dan motivasi instrinsik. Ketiga, Memiliki resiliensi dan kegigihan yang tinggi. Sebagaimana ditemukan dalam penelitian Prihastiwi (2020) bahwa pembelajaran daring dapat menyebabkan stress pada mahasiswa. Oleh karena itu mahasiswa harus memiliki daya juang, memiliki kekuatan untuk bangkit dari situasi stress tersebut. Hal ini karena resiliensi dimaknai sebagai kemampuan Individu untuk beradaptasi dengan mampu bangkit kembali dari berbagai masalah sulit yang terjadi (Reivich dan Shatte, 2002). Keempat, Networking dan Kemampuan kolaborasi. Dalam pembelajaran daring dicirikan dengan terbatasnya penjelasan yang luas dan mendalam dari pengajar namun lebih banyak menghadapi modul-modul dan penugasan-penugasan. Disinilah dituntut mencari dan menemukan penjelaskan secara mandiri dari berbagai sumber dalam networking digital sehingga mendapat pemahaman yang mendalam. Disamping itu, kemampuan kolaborasi dengan teman dan dengan pihak lain yang dapat memberikan pemahaman terhadap materi. Sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1992) bahwa kolaboratif ini siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan satu sama lain). Kesulitan dan kekurangpemahaman dari salah satu peserta didik akan mendapat pemahaman dari temannya sendiri. Kelima, Kemampuan managemen waktu. Sebagaiman di kemukakan diatas bahwa dalam pembelajaran daring, kontrol belajar ada di pundak pembelajar. Oleh karena itu penting memiliki kemampuan managemen waktu. Sangat penting menyusun prioritas kegiatan yang akan dilakukan dan menyusun jadwal kegiatan belajar, harus mampu menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas belajar. Setelah jadwal tersusun , maka yang tidak kalah penting adalah adanya komitmen untuk melaksanakannya.
*Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya