MEMPERKUAT ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DOSEN

research


Oleh : Rinanti Resmadewi, S.Psi., M.Psi., Psikolog*

 

Di era pandemi covid 19 ini, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar kehidupan kita mengalami berbagai perubahan. Tidak terkecuali dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi juga menerapkan pembelajaran online. Dosen harus mulai menyesuaikan sistem pembelajaran daring supaya output yang tercapai tetap sama dengan ketika kuliah kelas.

Peran dosen dalam proses pendidikan di tingkat perguruan tinggi sangatlah penting. Mereka merupakan agen perubahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kuliah dengan cara bertatap muka di kelas adalah hal yang biasa dilakukan sehari-hari oleh seorang dosen. Dengan kuliah kelas, dosen dan mahasiswa dapat berinteraksi secara langsung. Jika ada yang tidak jelas, mahasiswa dapat langsung bertanya dan dosen menjawab sampai semua mahasiswa paham. Dosen juga dapat mengamati siapa saja mahasiswa yang mengikuti proses perkuliahan dengan serius, dan siapa saja yang kurang serius (misalnya bermain handphone, mengobrol dengan teman di sebelahnya, atau bahkan tidur di kelas ketika dosen menjelaskan materi). Sekarang, mau tidak mau proses pembelajaran harus dilaksanakan secara online. Biasanya proses pembelajaran online menggunakan media yang sudah disediakan oleh pihak kampus, dan dapat juga ditambah dengan media lain (WhatsApp, Google Meet, Zoom, dll).

Proses pembelajaran secara online tidak selalu berjalan mulus, ada saja hambatan, baik dari pihak dosen maupun mahasiswa. Dosen yang sebagian besar masih terbiasa menggunakan metode konvensional, banyak yang mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan proses mengajar online ini. Di lain sisi, dosen juga harus memahami kendala dari mahasiswanya. Misalnya jika dosen ingin mengajar dengan menggunakan aplikasi Zoom, namun dari sisi mahasiswa ada yang keberatan karena kuota internet terbatas atau sinyal tidak stabil (https://uisi.ac.id). Dengan demikian, dosen harus memutar otak lagi untuk memikirkan cara yang tepat untuk melakukan proses belajar mengajar. Sehingga lama-lama dosen akan merasa kehilangan motivasi dalam mengajar, karena merasa kesulitan dalam menyampaikan materi secara maksimal seperti pada saat di kelas. Pada akhirnya, banyak dosen hanya mengunggah materi dan memberikan tugas-tugas ke mahasiswa.

Setiap dosen memiliki kemampuan dan respon yang berbeda-beda dalam menghadapi kesulitannya masing-masing. Diperlukan dorongan internal dan sikap pantang menyerah di dalam diri masing-masing dosen agar dapat menghadapi berbagai permasalahan atau dapat disebut sebagai Adversity Quotient (AQ). Adversity Quotient (AQ) merupakan kecerdasan dalam menghadapi setiap rintangan atau kesulitan (Stoltz, 2007). Dosen yang memiliki AQ tinggi tidak takut dalam menghadapi rintangan atau kesulitan, melainkan dosen tersebut akan mampu mengubahnya menjadi sebuah peluang. Hal inilah yang dibutuhan para dosen ketika mengajar secara online. Dimana juga ada wacana bahwa pembelajaran online ini akan berlanjut sampai akhir tahun.

Menurut Stoltz (2007), cara untuk memperkuat Adversity Quotient (AQ), dapat dilakukan dengan istilah LEAD “Listened, Explored, Analized, Do”: Listened (dengar), Berusaha mendengarkan dan menyadari kesulitan yang terjadi. Hal ini merupakan langkah yang penting dalam meningkatkan AQ seseorang. Explored (gali), Individu didorong untuk mencari penyebab dari masalah atau kesulitan yang terjadi. Setelah itu, individu mencari alternatif tindakan yang tepat. Analized (analis), Pada tahap ini, individu mampu menganalisis apa yang menyebabkan individu tidak mampu mengendalikan masalah, mengapa kesulitan itu harus menjangkau wilayah lain dalam kehidupan individu, atau mengapa kesulitan itu harus berlangsung lebih lama dari yang seharusnya. Do (lakukan), Tahap terakhir, individu diharapkan dapat mengambil tindakan nyata setelah melewati tahap-tahap sebelumnya.

 

* Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya