MELAWAN DISINFORMASI COVID-19

research


Oleh : dr Deisha Laksmitha Ayomi

 

Sejak World Health Organization (WHO) menyatakan wabah virus Corona sebagai masalah kesehatan global darurat,  munculah beragam disinformasi yang banyak beredar di masyarakat, namun kebenarannya masih dipertanyakan. Banyak motif yang melatarbelakangi penyebaran disinformasi, mulai dari kurangnya pengetahuan sampai untuk mencari keuntungan dari kepanikan. Penyebaran diisnformasi lebih berabahaya dan penyebarannya lebih cepat dibandingkan dengan virus itu sendiri. Berikut adalah langkah – langka yang harus kita lakukan ketika mendapat informasi terkait Covid-19. Pertama, Perhatikan Sumber Berita. Telusuri darimana sumber berita tersebut berasal. Apakah dari sumber yang memiliki reputasi yang kredibel dengan jejak rekam yang jelas atau hanya dari asumsi orang lain yang dengar dari orang lain. Sumber jelas yang disarankan adalah World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC). Selain itu, kita juga dapat mengakses website yang kredibel yang telah menyediakan layanan untuk memeriksa kebenaran dari suatu informasi (fact-checker).

            Kedua, Pikirkan Konsekuensi Sebelum Menyebarkan Informasi. Berpikir kritis dalam menghadapai krisis global sangat diperlukan. Seringkali, dalam kondisi was-was serta takut, kemampuan untuk mengambil keputusan secara rasional dilupakan.  Ketika mendapatkan informasi darimanapun walaupun dari orang terdekat seperti keluarga atau teman terdekat, tanyakan kepada diri sendiri: apakah orang lain memberitahu kita untuk menyebarkan ketakutan atau berniat untuk membantu serta dampak apa yang akan terjadi apabila kita menyebarkan informasi tersebut.

            Ketiga, Melaporkan disinformasi. Sebagian besar media sosial bekerja sama untuk melawan penyebaran disinformasi seperti facebook dan lain-lain. Ketika kita mendapati disinformasi, kita dapat melaporkan berita tersebut dan nantinya akan ditindaklanjuti oleh media sosial tersebut.  Selain itu, penting untuk memberitahu kepada orang yang menyebarkan berita tersebut bahwa berita tersebut tidak benar.  Namun, mengejek atau menertawakan bukanlah cara yang efektif untuk memerangi disinformasi. Terkadang, mereka menyebarkan infromasi tersebut secara tidak sengaja. Oleh karena itu, penting sekali melibatkan rasa empati dalam memberitahukan agar orang lain mau mendengarkan, agar ke depannya mereka lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi.

            Keempat, Membaca Studi Penelitian Ilmiah dengan Cermat. Pada umumnya, penelitian ilmiah membutuhkan waktu yang lama bahkan bertahun-tahun untuk berhasil terpublikasi. Penelitian tersebut harus melewati “quality check”atau peer-review. Seringkali, setelah penelitian melewati proses peer-review, isi dari penelitian akan banyak  yang berubah. Para ahli menyarankan untuk tidak menyebarkan informasi yang belum melewati peer-review. Apabila memang ingin menyebarkan, disarankan untuk menulis bila penelitian tersebut  belum melewati proses peer-review. Ini adalah tugas kita bersama untuk memastikan bahwa tidak ada disinfromasi yang beredar. Tidak hanya orang dengan pekerjaan tertentu-misal tenaga medis atau  pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyebaran disinformasi. Kita semua mempunyai peran yang besar untuk melawan disinformasi terkait covid-19. Mari lawan disinformasi bersama –sama!

 

*Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya