Maya Rafida kembali menorehkan
prestasi membanggakan, selain pernah mendapatkan hasil cumlaude pada
jenjang S1, ia juga cumlaude pada jenjang profesi dengan Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) 3,81. Rupanya perempuan kelahiran Sumenep Madura Jawa Timur ini
juga berhasil meraih peringkat 1 pada Ujian Objective Structured Clinical
Examination (OSCE) tingkat universitas. Pada CBT tingkat nasional ia
berhasil menduduki peringkat 6.
Maya panggilan akrabnya mengatakan,
banyak sebagian mahasiswa kedokteran meyebut ujian OSCE adalah salah satu ujian
yang paling sulit, sehingga dibutuhkan persiapan tertentu sebelum menjalani
ujian. Menurutnya dalam mempersiapkan OSCE paling baik dilakukan dengan
membentuk kelompok belajar dengan 2 atau 3 orang teman. Saat ditanya mengenai
metode belajar ala dirinya, Maya mengaku
ia menerapakan sistim memahami bukan menghapal.
“Banyak peserta gagal ketika OSCE
lantaran mereka sekadar menghapalkan gejala, pemeriksaan dan terapi. Ketika
soal atau situasi OSCE diubah langsung bingung,”kata Maya Rabu (15/3/23)
Dalam penjelasannya, Maya juga
membagikan sejumlah tips agar lulus OSCE dengan nilai membanggakan. Menurutnya
hal pertama yang ia lakukan adalah sering berlatih. Dengan berlatih seseorang
akan semakin mudah me-recall apa yang sudah dipelajari saat ujian. Ia
mengatakan dalam melakukan latihan bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti
belajar dari video-video youtube tentang bagaimana melakuakan prosedur terkait
dengan benar, belajar dari buku juga dapat membantu memantapkan kemampuan
pemeriksaan dan penalaran kita.
“Jangan lupa juga untuk belajar
checklist atau referensi yang dirujuk oleh dosen, karena itu juga yang akan
dijadikan rujukan penilaian,”imbuhnya lagi.
Tips kedua adalah ingat semua
prosedur, termasuk cuci tangan. Sebagai peserta ujian penting memahami
checklist jika ada atau seminimalnya langkah-langkah pemeriksaan dan pengerjaan
yang lege artes dan sesuai dengan literatur-literatur. Menurutnya cuci tangan acapkali dijadikan
indikator oleh penguji bahwa peserta ujian memulai mengerjakan prosedur dan
soal dengan baik dan tepat.
“Saat
praktik, kalian akan semakin paham bahwa cuci tangan sangat penting, salah
satunya untuk mencegah infeksi yang ditularkan dari tenaga kesehatan kepada
pasien,”tegas Maya lagi
Tips
terakhir yang ia terapkan adalah tenang dan yakin. Salah satu kunci OSCE yang
harus ditekankan dalam diri secara khusus adalah tenang dan yakin, karena kepanikan
seringkali menyerang saat berada di dalam ruang ujian maupun saat membaca soal.
Dengan panik, seseorang akan lebih mudah melupakan langkah-langkah
yang sudah dilatih atau direncanakan sebelumnya. Akhirnya, malah jadi tidak
fokus untuk mengerjakan soal dan keadaan yang ada di hadapan kita dalam waktu
yang sangat singkat.
Lima Kali Gagal Masuk FK
Rupanya dibalik capaian
yang telah diraih, Maya mengaku bahwa ia sempat gagal lima kali saat masuk
Fakultas Kedokteran. Ia pernah ditolak 5 kampus dan sempat membuatnya down, dan
percobaan ke 6 ia baru berhasil dan diterima di UM Surabaya. Ketertarikannya
pada dunia kesehatan memang sudah sejak dari kecil. Ia mengaku memang memiliki
cita-cita menjadi dokter dan hal tersebut juga didukung oleh support orang tua.
“Jadi sewaktu kecil saya
sering menyaksikan kejadian orang-orang sakit dan berobat di puskesmas dekat
rumah, saya selalu penasaran dengan sakit yang ia alami,”kenang Maya.
Menurutnya, latar belakang
keluarganya juga tidak ada dari orang kesehatan, dan itu semakin membuatnya
mantap untuk masuk kedokteran. Saat ditanya kenapa harus jurusan dokter, Maya
menjawab, menurutnya menjadi dokter bisa menyalurkan jiwa sosial. Dengan
menolong orang lain, menjadi perantara menyembukan penyakit tentu akan
memberikan kebahagiaan bagi banyak orang. Menurutnya juga dengan menjadi dokter
akan mendatangkan banyak manfaat bagi orang lain dan diri sendiri.
“Saya meyakini profesi ini
akan selalu dibutuhkan, tak peduli seperti apa perkembangan zaman. Peluang
untuk menjadi dokter akan selalu terbuka karena perannya di dunia selalu
dibutuhkan banyak orang,”pungkas Maya.