Khofifah Apresiasi Model Vaksinasi Lantatur UMSurabaya, Cepat dan Tidak Berkerumun

research


Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) melakukan kegiatan vaksinasi dengan model Layanan Tanpa Turun (Lantatur) atau popular di sebut Drive Thru.  Acara dilaksanakan pada Rabu-Kamis, 14-15 September 2021 dengan sasaran mahasiswa, alumni dan masyarakat umum. 

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi model yang digagas UM Surabaya.  Menurutnya vaksinasi komunitas berbasis Lantatur ini bisa dijadikan role model oleh komunitas lain dengan memanfaatkan transformasi digital. Segala macam keperluan administratif vaksinasi ditopang dengan teknologi. Sehingga lebih cepat, tidak berkerumun dan efesien. 

"Apa yang dilakukan UMSurabaya ini bisa menjadi contoh komunitas lain. Pemprov akan selalu mendukung model-model inovasi tersebut. Pentahelix approach antara government dan kampus sangat penting. Peran dari kampus menjadi sangat penting untuk percepatan agar Covid-19 melandai. Data terbaru menyebutkan bahwa di Jawa Timur  Positif rate di angka 1,85" ujarnya dalam keterangan pers di halaman kampus pada Rabu (15/09/2021). 

Sukadiono, Rektor UMSurabaya dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa kegiatan vaksinasi ini merupakan komitmen kampus membantu upaya pemerintah dalam percepatan program cakupan vaksinasi sehingga kekebalan komunitas segera tercapai. 

"Secara institusi, kami telah mewajibkan semua civitas kampus untuk vaksin. Karena setiap orang yang masuk kampus, wajib menunjukkan kartu vaksin mereka" ujarnya. 

Sukadiono menambahkan bahwa target vaksinasi pada tahap pertama yang dilaksanakan pada 15-16 September sebanyak 2000 dosis jenis vaksin AstraZeneca. Sedangkan tahap kedua yang dilaksanakan tanggal 20-24 September targetnya sebanyak 5.000 dosis dengan jenis vaksin Sinovac.

Yuanita Wulandari ketua pelaksana acara vaksinasi massal menjelaskan secara detail bahwa proses vaksinasi yang akan kita lakukan beberapa hari kedepan disiapkan dengan analis resiko dan protokol kesehatan yang detal dan ketat. 

"Sebisa mungkin pelaksanaan vaksinasi menerapkan managemen resiko yang terukur dan protokol kesehatan yang ketat. Sehingga tidak ada kluster Covid-19 vaksinasi atau resiko berbahaya lain" ujar Yuanita

Yuanita juga menambahkan bahwa peserta vaksinasi harus mendaftar di e vaksin yang tersedia di website, isi biodata dan mengisi skrining online, mendownload persetujuan vaksin, dan peserta diwajibkan mendaftarkan diri di aplikasi peduli lindungi. Peserta yang sudah terdaftar akan mendapatkan barcode.

"Jadi, di lapangan petugas hanya mengecek kelengkapan pendaftaran peserta dengan cara cek barcode peserta. Lalu dilakukan pemeriksaan suhu dan tekanan darah, jika sudah memenuhi maka vaksin dapat berikan. Proses ini cepat tidak perlu antri sehingga meminimalisir kerumunan"