UMSurabaya, 20 Januari 2018. ”Ibu-ibu kalau punya usaha membesar, dia akan mengajak sekitarnya,” ujar Tri Rismaharini, Walikota Surabaya usai menjelaskan pengembangan puluhan kampung usaha di Surabaya. Berbicara mengenai “Peran dan Posisi Strategis Kepemimpinan ‘Aisyiyah untuk Umat dan Bangsa” Risma menyampaikan beberapa keberhasilannya dalam membawa Surabaya lebih maju saat memberikan materi di Tanwir I-‘Aisyiyah yang di gelar di Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Kamis (20/1).
Disampaikan oleh Risma bahwa spirit untuk mengembangkan kegiatan ekonomi perempuan karena melihat data angka kemiskinan perempuan yang berada di angka 11% padahal suami bekerja tetapi masih miskin. “Karena itu saya menggerakkan mesin ke-dua yaitu ibu-ibu,” jelas Risma. Untuk meningkatkan perekonomian perempuan dan usaha kecil saat ini di Surabaya, saat ini setiap kampung memiliki produk unggulan masing-masing. Risma mengajarkan para ibu untuk membuat produk yang bernilai ekonomis dan telah membentuk kampung-kampung usaha yang beragam seperti kampung tempe, kampung batik, kampung jumputan, kampung batik celup, kampung bordir, kampung sepatu, kampung eceng gondok dan lain sebagainya.
Salah satu prestasi besar Risma dalam periode kepemimpinannya adalah menutup berbagai lokalisasi di Surabaya termasuk lokalisasi legendaris yaitu Dolly. Akan tetapi usaha penutupan itupun dibarengi Risma dengan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh perempuan-perempuan penghuni Dolly. Risma mendorong dan mendukung mereka untuk mengembangkan berbagai jenis usaha hingga kini omsetnya bisa mencapai 400 juta per bulan dan penjualannya sudah merambah luar negeri.
“Tipsnya adalah bekerja ikhlas,” tutur Risma saat menjelaskan rahasia keberhasilannya. Bagi Risma menjadi pemimpin adalah hal berat, bahkan ia menyampaikan kepada keluarga bahwa menjadi walikota berarti dirinya sudah bukan milik keluarga lagi sehingga apapun akan dilakukan oleh Risma untuk membawa Surabaya menjadi lebih baik lagi bahkan jika harus mempertaruhkan dirinya untuk bisa menutup lokalisasi Dolly. “Karena kalau saya tidak lakukan ini, anak Surabaya bisa hancur,” tegas Risma.
Keberhasilan Risma dalam membentuk berbagai kampung usaha ini kemudian menimbulkan ketertarikan anggota Tanwir ‘Aisyiyah. Sebagai salah satu pemimpin yang juga merupakan kader dari seorang ibu ‘Aisyiyah, Risma menyatakan kesediaannya memfasilitasi anggota ‘Aisyiyah untuk belajar. “Silahkan datang berkunjung dan selama di Surabaya saya akan fasilitasi semua, semua ini saya lakukan karena ingin seluruh Indonesia sejahtera” tegas Risma bersemangat.