Kasus Leptospirosis
meningkat di beberapa daerah, salah satunya kasus yang terjadi di Jawa Tengah, 374
kasus Leptospirosis terdeteksi dan 54 dinyatakan meninggal.
Saat musim hujan,
tubuh akan lebih mudah terserang penyakit sebagai akibat adanya perubahan suhu
pada lingkungan. Ketika musim hujan jenis mikroba akan lebih mudah berkembang
biak dan semakin mudah masuk ke tubuh manusia.
Kondisi daya tahan tubuh yang tak prima akan semakin membuat bakteri dan
virus berkembang hingga menyebabkan penyakit, sehingga penting bagi seseorang untuk menjaga kondisi tubuh bahkan
perlu meningkatkan daya tahan tubuh.
Ira Purnamasari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah
Surabaya (UM Surabaya) menjelaskan beberapa penyakit cenderung mudah menular dan menyebar pada musim
ini diantaranya leptospirosis, tipes atau demam
tifoid hingga Dengue Haemoragic
Fever (DBD).
“Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri leptospira dengan reservoir utama yakni tikus. Urine
dari tikus yang terinfeksi leptospira merupakan sumber yang
paling pathogen,”ungkap Ira Senin (7/11/22)
Ia menjelaskan perantara utama
penularan penyakit ini melalui
air dan tanah yang sudah tercemar urine tikus, masuk melalui luka yang ada di
kulit. Kebanyakan kasus ini terjadi pada musim hujan dikarenakan leptospira bisa
bertahan dalam air selama beberapa bulan.
“Masuknya bakteri ke dalam
tubuh menyebabkan suhu tubuh naik secara mendadak disertai
menggigil, nyeri kepala, nyeri otot, mual muntah, pada fase lanjutan muncul gejala batuk, nyeri dada, hingga batuk
darah dan penurunan kesadaran,”jelasnya lagi.
Selain itu ia juga menambahkan penyakit lain yang harus diwaspadai
adalah tipes atau demam tifoid atau penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
Transmisi Salmonella
typhi ke dalam tubuh manusia dapat melalui transmisi oral yakni
makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi. Kedua melalui
transmisi dari tangan ke mulut yakni tangan yang tidak higenis yang
terdapat Salmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan
yang dimakan. Ketiga melalui transmisi kotoran yakni dimana kotoran individu
yang mengandung Salmonella typhi ke sungai atau dekat dengan
sumber air yang dikonsumsi sebagai kebutuhan sehari-hari.
“Masuknya bakteri ke dalam saluran
pencernaan menyebabkan suhu tubuh naik turun, nyeri kepala, nyeri
otot, nyeri perut kanan atas, perasaan tidak nyaman pada perut, mual muntah,
diare, hingga terjadinya perdarahan usus, syok, hingga penururan kesadaran,”imbuhnya.
Lebih lanjut lagi ia menjelaskan satu penyakit lagi yang harus
diwaspadai yakni DBD atau DHF,
Dengue Haemoragic Fever penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
diperantai oleh nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes Albopticus.
“Kasus DHF meningkat pada musim hujan karena nyamuk
membutuhkan media air untuk berkembang biak. Masuknya virus dengue ke dalam
tubuh menyebabkan suhu tubuh yang naik secara mendadak, lemah dan lesu, nyeri
kepala, nyeri otot, persendian dan tulang, mual muntah, nyeri perut,”jelasnya.
Hasil spesifik pada
pemeriksaan diagnostik adalah penurunan kadar trombosit yang menyebabkan
pendarahan pada gusi dan hidung, timbulnya bintik-bintik merah pada kulit,
hingga terjadi syok, penurunan kesadaran hingga kematian.
Di akhir keterangannya ia juga berpesan guna mencegah terjadinya penyakit-penyakit tersebut, alangkah baiknya masyarakat tetap waspada dengan
melakukan beberapa hal seperti membiasakan mencuci tangan dengan sabun setiap
akan makan dan setelah BAB, mengkonsumsi makanan dan minuman yang terjaga
kebersihannya.
“Penting untuk melakukan gerakan 3M
(mengubur, menguras, dan menutup), serta selalu menjaga kebersihan lingkungan
sekitar dan menghindari bermain air saat banjir terutama pada saat memiliki
luka pada kulit,”pungkas Ira.