Keterbatasan membuat orang
kreatif. Keterbatasan membuat orang terpecut melakukan apapun yang dijalani
dengan maksimal. Kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkan lika-liku
perjalanan karir Warpan Djoyo, alumni Fakultas Ekonomi (FE) UM Surabaya tahun 2005
yang menjadi seniman pelukis (artist) asal Indonesia, yang berhasil melebarkan
karir lukis profesionalnya di pasar Australia.
Berasal dari keluarga seniman,
Warpan Djoyo telah menggeluti dunia seni lukis sejak masih duduk di bangku SD.
Di usianya yang kurang lebih 11 tahun, ia telah memiliki karya lukisan sendiri
dan memulai melukis di atas kanvas saat ia masuk SMA, dan lukisan-lukisan
tersebut masih lengkap ia simpan di kota kelahirannya, Bojonegoro.
Terinspirasi oleh sang ayah yang
merupakan seniman pengrajin kayu dan saudara kembarnya yang juga hobi melukis
sedari kecil, seniman berusia 41 tahun ini mengaku baru menekuni profesi lukis
profesional di tahun 2010 silam. Sedari SD hingga tamat SMA, seniman yang
disapa Warpan ini cukup aktif melukis untuk menyalurkan hobi dan kreatifitasnya
di atas kanvas.
Saat Ia memutuskan untuk pindah
ke Surabaya demi melanjutkan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Surabaya
(UM Surabaya), ia sempat meninggalkan rutinitasnya berkreasi dengan oil dan
kanvas.
“Dulu waktu kuliah di UM Surabaya
saya kuliah sambil kerja. Kerja di pabrik kertas malam hari mulai pukul 11
malam hingga 7 pagi dan pulang kerja langsung berangkat
kuliah tiap hari selama 4 tahun,”kenang Warpan kepada redaktur UM Surabaya.
Rupanya, masuk fakultas
ekonomi membawanya bekerja di perusahaan
Unilever selama 8 tahun. Selama itu pula, ia mengaku berhenti melukis lantaran
kesibukan pekerjaan.
Namun, karena jiwa seni dan
kecintaannya terhadap seni lukis tak dapat diabaikan, Warpan kemudian
memutuskan untuk berhenti bekerja dan pindah ke Bali. Di Pulau Dewatalah, ia
kembali melukis hingga memiliki gallery pribadi di Ubud. Keinginannya untuk
tetap berkembang ke ranah internasional terus ia kejar hingga ke tanah
Australia.
Memulai Karier Lewat Gumtree
dan Ebay
Menurut Warpan, memulai karir
lukisnya di Australia bukanlah hal yang mudah. Ia mengaku banyak belajar di 2
tahun pertama saat tinggal di Perth dulu, saat ia menjual karya lukisnya lewat
situs Gumtree dan Ebay ia mulai mendapatkan hasil materi dari tiap lukisan yang
terjual, namun anehnya, ia kerap merasa sedikit kehilangan ketika karyanya
jatuh ke tangan pembeli.
Tak semulus jalan tol,
rintangan-rintangan juga silih berganti datang menghampiri karir lukisnya.
Sebelum terdaftar di National Registry of Australian Art and Artist (NRAAA)
pada 3 tahun silam dan mengikuti 9 exhibitions di seluruh Australia, karya
lukisnya dulu kerap kali di tolak untuk ikut pameran lukis. Tetapi penolakan
tersebut tak menyurutkan usaha dan kerja kerasnya untuk tetap berkarya.
Warpan memiliki visi bahwa perjalanan
seni tidak harus sendirian. Sangat penting bagi seniman untuk bekerjasama
mempelajari praktik terbaik dan saling mendukung. Menurutnya butuh waktu 3
tahun untuk membentuk tim yang memiliki keyakinan yang sama dan juga
bersemangat membantu artis lain.
“Kita semua bekerjasama, erat
untuk mewujudkan ide ini. Syukur pada Juni 2021 Melbourne Artist secara resmi
menjadi organisasi nirlaba di Australia,”imbuhnya.
Menurut penjelasannya Melbourne
Artist adalah komunitas seni yang memiliki anggota asosiasi seniman yang baru
muncul yang ingin berbagi dan bersemangat untuk tumbuh bersama, mendukung
seniman yang diidentifikasi sebagai penduduk asli, beragam budaya dan bahasa.
Sebagai seniman impresionis, karyanya
terinspirasi oleh pengalaman hidup sehari-hari dengan emosi, tanpa batas dalam
subjek pilihan dan warna “menceritakan tanpa kata”. Warpan bekerja di sejumlah
media termasuk lukisan cat minyak, lukisan akrilik, seni grafis dan seni
visual. Ia telah memiliki sebelas pameran dan tujuh publikasi, majalah karyanya
di masa lalu dan beberapa karyanya telah dikuratori oleh perancang busana
global yang dijadikan sebagai produk fashion oleh beberapa brand dunia salah
satunya oleh perusahaan fashion dari Amerika Serikat.
Idap Colour Blindness, Namun
Tidak jadi Penghalang
Dibalik lukisannya yang indah dan
bisa dinikmati ternyata sejak kecil Warpan memiliki kesulitan dalam membedakan
warna-warna atau colour blindness. Hal tersebut harus membuatnya belajar
lebih keras agar bisa memadukan warna pada lukisan-lukisannya. Seringklai ia
mendapatkan kritik dari berbagai pihak karena lukisannya dianggap tidak
berpadu.
Namun, sebagai pelukis Warpan
memiliki prinsip bahwa seni itu selaras dengan intuisi. Segala warna yang ia
tumpahkan dalam tulisannya adalah ekspresi yang datang dari perasaan.
Menurutnya justru hal tersebut yang membuat lukisannya menjadi lebih hidup.
Oleh karenanya, ia kerap kali melukis berdasarkan warna yang sesuai dengan
suara hatinya.
Raih Penghargaan dari National
Registry of Australian Art and Artist
Di balik kesuksesannya menjadi
seorang pelukis ternyata Warpan seringkali mengikuti berbagai ajang pameran Melbourne
seperti Moone Valley Art Show, Art in Tune and Music Brighton Tow Hall,
Camberweell Swinburn University Art Show Knox Art Show Bayside, Whitehorse Art
Show Boxhill, Bendigo Bank Melbourne, Spring Breeze, Carrigbush Hotel. Pada
kesempatan pameran Melbourne Art Town ia mengikuti kompetisi melukis secara
live di Chapel Street Melbourne.
Dalam kesempatan tersebut ia
berhasil terpilih bersama 50 seniman Australia lainnya yang membawanya ke
penghargaan sertifikasi dalam bentuk copy rights yang menjadikan lukisannya
disematkan di berbagai produk industry kreatif seperti tas dan baju di berbagai
belahan dunia.
Ia berpesan bahwa kerja keras adalah kunci untuk menggapai cita-cita. Di akhir paparannya Warpan juga mengungkapan bahwa dirinya ingin terus melukis sampai masa tuanya, menghabiskan waktu bermain dan bereksresi dengan warna sesuai dengan intuisi dan perasaanya.