Menjelang pernikahan, kebanyakan calon
pengantin membutuhkan ketenangan diri agar setiap prosesi bisa diresapi dengan
ketenangan jiwa. Karena pernikahan adalah ikatan sakral yang bertujuan untuk menyatukan
2 insan manusia dan tercipatanya keharmonisan keluarga.
M Febriyanto Firman Wijaya Dosen Fakultas Agama
Islam (FAI) UM Surabaya menyebut sebelum seseorang membina rumah tangga perlu
adanya komunikasi antar pasangan sebelum pernikahan berlangsung atau biasa di
kenal dengan istilah Pre-Marriage Talks (PMT).
PMT merupakan deep conversation diantara
pasangan sebelum menikah tentang banyak hal yang akan mempengaruhi hidup
seseorang dengan pasangannya di masa
depan, seperti; prinsip, impian, pandangan hidup, visi, anak, keuangan, dan
sebagainya.
Menurut Riyan hal pertama yang harus dibicarakan
adalah prinsip dan kepercayaan. Tidak hanya sekadar menjaga kesetiaan kepada
pasangan, tapi justru mulai dibentuk dengan hal-hal kecil secara konsisten tiap
hari, maka perlu dibicarakan seperti apa prinsip pernikahan yang diharapkan dan
saling percaya kepada pasangan melalui keterbukaan komunikasi.
Kedua visi dan impian. Mencari pasangan hidup perlu
memikirkan perihal visi dan impian pernikahan ke depan. Menurutnya, setiap
calon pasangan perlu memiliki visi tahunan yang menjadi roadmap
pernikahan yang akan mereka rencanakan.
“Serta perlu juga target atau impian yang
mereka ingin realisasikan bersama, seperti membeli rumah, kendaraan, dan
lainnya,”ujar Riyan Senin 20/2/23)
Ketiga adalah anak. Salah satu hal yang diimpikan
setiap pasangan yang sudah menikah adalah memiliki anak, sebelum pernikahan
maka salah satu komunikasi dalam PMT yang wajib dicatat adalah akan memiliki
berapa anak serta berapa tahun jarak anak antara satu dengan lainnya.
“Yang paling penting juga adalah soal parenting,
yakni bagaimana model merawat dan mendidik anak yang akan diterapkan,”imbuhnya
lagi.
Keempat, keuangan. Pada PMT juga penting
membicarakan tentang perencanaan keuangan, mulai bagaimana tanggung jawab
nafkah. Jika sama-sama bekerja maka perlu adanya komitmen dalam pembagian
tanggung jawab pembiayaan. Pasangan juga penting membicarakan apabila salah
satu tidak bekerja maka bagaimana mengatur keuangannya.
Kelima, hubungan seksual. Memang masih dirasa tabu
dalam PMT untuk membahas permasalahan seksuallitas, namun tidak ada salahnya
masalah ini dibicarakan sebelum menikah. Diskusi terkait frekuensi hubungan
seks pasangan, atau hal-hal romantis apa yang disukai pasangan sebelum
melakukam hubungan seks, tidak lain dan tidak bukan perihal itu hanya untuk
menumbuhkan hubungan yang lebih hangat pada keluarga.
Keenam adalah waktu luang. Mengatur waktu
bersama dalam suatu hubungan sangatlah penting, karena hal ini berhubungan
dengan keharmonisan rumah tangga.
“Coba bicarakan kegiatan apa saja yang disukai oleh
pasangan masing-masing dan bagaimana cara menikmatinya secara bersama. Hal ini
akan menjadikan hubungan menjadi lebih seru.
Ketujuh perceraian. Pada poin ini perlu menjadi
catatan serius pada diskusi PMT, apa saja yang bisa di kompromikan bersama jika
melakukan kesalahan hingga terjadi perceraian. Hal ini penting menjadi sebuah
alarm bagi pasangan, agar tidak ceroboh dalam melakukan tindakan-tindakan yang
tidak diinginkan dalam rumah tangga.