Penyakit
Artritis gout atau dikenal dengan asam urat dalam darah tinggi (hiperuresemia)
sering menjadi permasalahan bagi kebanyakan orang yang mengalaminya, sebab gejala
yang timbul dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Jumlah
kasus asam urat (hiperuresemia) di Indonesia mencapai 18%, angka ini lebih
tinggi dibanding kasus yang terjadi di Thailand, yaitu sebanyak 9-11%. Kasus
ini paling sering dijumpai pada usia lebih dari 75 tahun sebanyak 54,8% namun
juga tidak sedikit ditemukan pada kelompok usia kurang dari 75 tahun termasuk
usia dewasa muda yaitu sebanyak 45,2%.
Firman
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menjelaskan, asam urat
merupakan hasil metabolisme dari zat purin yang terkandung dalam makanan yang manusia
konsumsi.
“Sebenarnya
kadar asam urat dalam darah tidak selalu berbahaya bagi tubuh, bila dipertahankan
dalam batas normal, yaitu pada wanita 2,6-6 mg/dl, sementara pada pria 3,5-7
mg/dl,”ujar Firman Senin (6/3/23)
Salah
satu manfaat asam urat yaitu sebagai antioksidan, yang dapat mengurai radikal
bebas dalam tubuh. Namun sebaliknya bila asam urat tinggi lebih dari 7 mg/dl,
dapat menimbulkan beberapa masalah pada tubuh, yang dapat dikenal sebagai tanda
dan gejala seperti, sendi mendadak terasa sakit, kesulitan untuk berjalan
akibat nyeri sendi yang hebat terutama di malam hari, pembengkakan, kemerahan,
rasa panas, kulit bersisik pada sendi dan terasa gatal.
Firman
menjelaskan, meningkatnya asam urat dalam darah dapat disebabkan oleh dua hal,
pertama karena terlalu banyak konsumsi makanan yang mengandung tinggi purin,
seperti kacang-kacangan dan jeruan ayam. Yang kedua menurunnya ekresi kadar
asam urat akibat terganggunya fungsi ginjal. Dua kondisi tersebut menjadi
penyebab asam urat tinggi (hiperuresemia).
“Untuk
itu pencegahan yang dapat dilakukan seperti, mengontrol kadar asam urat dengan
menjaga pola makan yang sehat, melakukan olahraga rutin dan teratur 3-5 kali
dalam seminggu, dan menjaga kesehatan ginjal agar selalu dapat berfungsi dengan
baik,”imbuh Firman lagi.
Sedangkan
pengobatan berdasarkan Clinical Pathway
dapat dilakukan sebagai berikut; pada hari pertama keluhan dirasakan dapat
diberikan kolkisin 0,5 mg, diklofenat 25-50 mg diberikan 2-3x sehari. Pada
kasus dengan keluhan minggu pertama dapat diberikan obat allupurinol 100-300 mg
sehari dan kolkisin 0,5 mg.
“Sedangkan
pada kasus yang terjadi pada 1-3 bulan, diberikan obat kolkisin 0,5 mg,
allupurinol 100-300 mg dan diklofenat 25-50 mg. Pada kasus lebih dari 3 bulan,
diberikan obat kolkisin 0,5 mg, allupurinol 100-300 mg, dosis dapat dinaikkan
hingga 800 mg dan diklofenat 25-50 mg,”pungkas Firman.