Sebagai pihak yang
paling dekat dengan anak, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam
mengajarkan pendidikan seksualitas sejak dini. Namun terkadang relasi orang tua
dan anak yang tidak terbuka dan stigma masyarakat yang masih menganggap tabu membuat
percakapan tentang ini sulit diberikan kepada anak.
Waode Hamsia Dosen
sekaligus pemerhati anak Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya)
menjelaskan pendidikan seksualitas penting diajarkan kepada anak sejak usia
dini. Orang tua penting untuk terbuka baik seputar anatomi tubuh hingga fungsi
organ reproduksi.
“Orang tua harus
memiliki kesadaran penuh untuk memberikan edukasi, sebab
pengetahuan yang ditanamkan sejak dini akan membuat anak paham untuk
mengenali tubuhnya sendiri, memahami fungsi organ reproduksi, hingga risiko
berhubungan seksual,”tutur Waode Rabu (16/3/22)
Lebih lanjut lagi
Waode menjelaskan, di Indonesia hingga hari ini belum ada kurikulum khusus
untuk pendidikan seks di sekolah. Sementara kasus kekerasan seksual terus
meningkat dan hanya sedikit korban yang melapor. Sehingga peran orang tua
sangat dibutuhkan dalam mengedukasi dengan cara yang positif, tanpa rasa tabu
maupun ketakutan
“Mengajarkan anak
tentang seksualitas dan consent di lingkungan keluarga harus dilakukan dengan
pendekatan yang netral gender. Konsep ini harus diajarkan juga kepada semua
anak baik itu laki-laki ataupun perempuan,”jelasnya lagi.
Waode menjelaskan
orang tua bisa memulai mengajarkan pendidikan seks pada anak sesuai dengan
usianya atau dengan hal-hal sederhana, seperti mengenalkan organ reproduksi dan
tidak memakai istilah seperti burung atau kacang.
“Jika anak kurang dari
3 tahun ajarkan tentang bagian-bagian tubuh mereka termasuk penis dan vagina,
jangan menyamarkan dengan istilah lain. Beri tahu tentang perbedaan jenis
kelamin pada anak dan kenalkan secara perlahan fungsi bagian tubuh mereka,
misalnya dari mana keluarnya air seni,”jelas Waode.
Waode juga menambahkan
jika anak usia 3-4 tahun orang tua bisa memulai mengkomunikasikan tentang
nama-nama bagian tubuh dan fungsinya. Tanamkan tentang batasan bagian tubuh
yang boleh diperlihatkan dan tidak. Tekankan pemahaman tentang siapa
yang boleh dan tidak boleh menyentuh tubuhnya. Orang tua juga harus membiasakan
meminta izin saat ingin menyentuh bagian tubuh anak.
“Ketika anak sudah
berusia 6-9 tahun ajarkan mereka cara menolak saat orang lain hendak menyentuh
tubuhnya, mulai buka diskusi tentang perubahan bentuk tubuh dan pubertas. Jika
anak sudah berada di usia 10-12 tahun tanamkan pada anak bahwa pubertas bukan
hal yang memalukan untuk dibahas dan ajarkan pula memahami batasan dan
menghargai privasi orang lain,”imbuhnya.
Di akhir keterangannya
Waode menegaskan, ketika anak sudah memasuki 13-15 tahun orang tua harus lebih
terbuka. Memberi pemahaman tentang risiko berhubungan seksual baik secara fisik
maupun mental.