Stroke merupakan penyebab
disabilitas atau kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia
setelah penyakit jantung iskemik baik di negara maju maupun di negara
berkembang.
Stroke adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Berhentinya ini
karena adanya gangguan pembuluh darah otak yaitu gangguan peredaran darah otak
non traumatik.
Ira Purnamasari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan
(FIK) UM Surabaya menyebut stroke bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja,
dan harus ditangani secara cepat dan tepat.
Menurutnya, adapun faktor-faktor
risiko stroke yaitu hipertensi (sebagai faktor risiko utama), penyakit
kardiovaskuler (gangguan jantung), kolesterol tinggi, obesitas, diabetes,
merokok, konsumsi alkohol, dan penyalahgunaan obat.
Ira menjelaskan, tanda gejala stroke
dapat dikenali dengan enam hal: pertama senyum tidak simetris (mencong ke satu
sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
Kedua, gerak separuh anggota tubuh
melemah tiba-tiba. Ketiga, bicara pelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara atau
tidak mengerti kata-kata atau bicara tidak nyambung. Keempat kebas atau baal atau
kesemutan separuh tubuh. Kelima rabun atau pandangan atau mata kabur terjadi
tiba-tiba. Keenam sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah
dirasakan sebelumnya, atau terjadinya gangguan fungsi keseimbangan, seperti
terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi.
Konsep utama dalam penanganan stroke
adalah memberikan pengobatan yang spesifik dalam waktu sesegera mungkin sejak
serangan terjadi.
“Periode emas adalah waktu yang
sangat berharga untuk penanganan stroke yaitu kurang dari 4,5 jam sejak pertama
kali muncul tanda dan gejala sampai dilakukan penanganan stroke di rumah sakit,”jelas
Ira Senin (2/1/23)
Ia menegaskan, penderita harus sudah
tiba di rumah sakit kurang dari 2 jam, dan proses pemeriksaan sampai pengobatan
membutuhkan waktu maksimal 2,5 jam. Bila terlambat penanganannya atau sudah
lebih dari 4,5 jam, maka stroke akan menjadi parah bahkan berisiko kematian
atau kecacatan permanen.
Dalam keterangan tertulis, Ira juga
membagikan cara pencegahan stroke dengan perilaku cerdik.
Pertama, dengan cek kesehatan secara
rutin. Center for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan
untuk melakukan medical check up setahun sekali.
Kedua enyahkan asap rokok. Pembuluh
darah koroner jantung yang terpapar asap rokok dapat mengakibatkan arterosklerosis
yakni rusaknya sel endotel pembuluh darah yang mengakibatkan tumpukan
kolesterol atau lemak mengeras dan menempel di pembuluh darah, sehingga aliran
darah terganggu, tersumbat atau menyempit.
Ketiga, rajin aktivitas fisik. Aktivitas
fisik dibagi menjadi dua yaitu aktivitas kehidupan sehari-hari dan aktivitas
latihan/olahraga. Manfaat dari aktivitas fisik ini adalah menjaga berat badan
ideal, mencegah penyakit jantung dan diabetes, serta meningkatkan fungsi
jantung, paru-paru, dan otot.
Keempat diet seimbang. Mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, dan
mineral, juga membatasi konsumsi gula, membatasi konsumsi garam, dan membatasi
makanan berlemak.
Kelima istirahat cukup. Usia 18-40
tahun dianjurkan untuk tidur 7-8 jam/hari. Jika kurang dari dari itu, maka
mengakibatkan tingginya tekanan darah yang berisiko terhadap stroke dan
penyakit jantung.
“Terakhir, kelola stres. Mengelola
stres bisa dilakukan dengan cara membicarakan keluhan dengan orang terdekat,
melakukan kegiatan sesuai minat, beribadah, berpikir positif, dan melakukan
relaksasi,”pungkas Ira.