Dampak
dari pandemi COVID-19 tidak hanya
berdampak pada kesehatan fisik saja, namun juga berdampak pada kesehatan jiwa
dari jutaan orang, baik yang terpapar langsung oleh virus maupun pada orang
yang tidak terpapar secara langsung. Salah satu masalah kesehatan jiwa yang
umum terjadi di masyarakat adalah depresi.
Depresi menjadi penyebab
kematian kedua setelah kardiovaskuler. Depresi atau gangguan kesehatan mental bisa dialami
oleh siapa saja. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan
gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk
usia 15 tahun ke atas mencapai
sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara
dengan 11 juta orang.
Fety
Khosianah Dosen Psikologi Universitas Muhammadyah Surabaya
(UM Surabaya) menjelaskan depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana
hati yang terus-menerus merasa sedih dan tertekan serta kehilangan minat dalam
beraktivitas, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup sehari-hari.
“Seseorang yang mengalami
gangguan depresi mayor, kelainan ini dapat memengaruhi perasaan, pemikiran,
hingga perilaku sehingga menimbulkan masalah emosional dan fisik,”ungkap Fety Sabtu
(26/2/22)
Fety juga menjelaskan
seseorang yang mengalami depresi akan mengganggu saat istirahat dan nafsu makan, sehingga kerap
merasa lelah dan sulit berkonsentrasi. Efek depresi dapat berlangsung lama atau
bahkan berulang dan mampu mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi dan menjalani aktivitas
harian.
“Depresi umumnya terjadi pada
remaja di rentang usia 20–30an, meski semua rentang usia juga memiliki risiko
tersendiri, namun gejala depresi pada seseorang perlu sangat kita waspadai agar
segera mendapatkan penanganan,”katanya lagi.
Lebih
lanjut lagi Fety memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang depresi
diantaranya memiliki
riwayat gangguan kesehatan mental pada keluarga, memiliki kepribadian tertentu, seperti
terlalu keras dalam menilai diri sendiri, pesimis, rendah diri, atau terlalu bergantung
kepada orang lain, menyalahgunakan
alkohol atau obat terlarang.
“Seseorang yang mengalami kejadian traumatik, seperti kekerasan seksual, kematian, kehilangan
orang yang dicintai, masalah keuangan juga rentan alami depresi,”papar Fety
Di akhir keterangannya ia juga menambahkan, mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti
beberapa obat tekanan darah tinggi atau obat tidur, mengidap penyakit kronis seperti
gangguan hormon tiroid, cedera kepala, HIV/AIDS, diabetes, kanker, stroke,
nyeri kronis, atau penyakit jantung juga menjadi faktor seseorang alami depresi.