Penyesuaian
diri perlu dilakukan oleh seorang perempuan, dari awalnya hidup sendiri tanpa
ada tanggung jawab dalam keluarga, hingga menikah, menjalani kehamilan,
melahirkan, hingga membesarkan anak-anaknya.
Proses
melahirkan yang lancar, tentu menjadi kebahagiaan bagi seorang perempuan.
Setelah proses melahirkan, tentu saja seorang perempuan mempunyai peran baru
yang harus dilakukannya, yaitu menjadi seorang ibu.
Andini
Dwi Arumsari Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya)
menjelaskan banyak perubahan yang terjadi di dalam diri perempuan, mulai
perubahan perubahan fisik dan psikologis setelah melahirkan.
“Perubahan
yang terjadi karena menyesuaikan pola kehidupan anak. Misalnya, jam tidur ibu
yang berubah karena anak seringkali terbangun di malam hari. Perubahan fisik
seperti kaki membengkak, perut membesar hingga bertambahnya berat badan,”tutur
Andini Senin (14/3/22)
Ia juga
menambahkan perubahan psikologis juga dialami beberapa ibu yang merasakan
stress karena ketidaksiapannya dalam menjalani kehidupan yang baru. Istilah situasi
ketidaksiapan tersebut disebut baby blues syndrome.
“Baby
blues syndrom adalah suatu
bentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu setelah melahirkan. Baby
blues syndrom biasanya muncul sementara waktu yaitu sekitar dua hari sampai
tiga minggu sejak kelahiran bayi. Baby blues juga dipahami sebagai suatu
sindrom gangguan ringan yang sering muncul dalam minggu pertama setelah
persalinan dan berkelanjutan dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah
persalinan,”katanya lagi.
Lebih
lanjut lagi Andini menjelaskan ketika seorang ibu mengalami baby blues ia
akan merasa cemas tanpa sebab, mudah tersinggung, tiba-tiba menangis tanpa
sebab, menjadi tidak sabar, tidak percaya diri terhadap kemampuannya menjadi
seorang ibu, menjadi sensitive, dan merasa khawatir dengan keadaan bayinya
“Gejala
lain yang harus diwaspadai terkait baby blues syndrome adalah ibu mengalami
kesulitan tidur, berkurangnya nafsu makan, tidak memperhatikan keadaan anak, dan
takut untuk menyentuh anak,”imbuhnya.
Apabila
gejala-gejala yang dialami tersebut tidak ditangani, maka dapat menjadi tanda
terjadinya gangguan depresi yang lebih berat. Hal tersebut dapat berdampak
negatif pada ibu, perkembangan anak, hubungan pernikahan, dan hubungan dengan
keseluruhan anggota keluarga.
“Salah
satu alasan seorang ibu mengalami baby blues syndrome dikarenakan
kurangnya dukungan sosial, baik dalam bentuk dukungan secara emosional, baik
dari keluarga inti maupun dari lingkungan sekitar,”tuturnya.
Di akhir
keterangannya ia menegaskan peran suami dan keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting bagi ibu yang baru
melahirkan, baik sebagai pencegahan terjadinya baby blues syndrome
maupun untuk mengurangi gejala-gejala negatif lainnya.