Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi serius di Indonesia hingga
saat ini. Orang tua harus waspada terhadap penyakit DBD jika anak memunculkan
gejala. Indonesia yang merupakan negara tropis menjadi salah satu tempat yang
disukai sebagai tempat tinggal nyamuk Aedes Aegypti. Minimnya pengetahuan
tentang gejala DBD pada anak mengakibatkan banyak kasus yang terlambat
ditangani.
Gina
Noor Djalilah Pakar Kesehatan UM Surabaya sekaligus dosen spesialis anak
Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menjelaskan
bahwa DBD sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yakni demam dengue, demam
berdarah dengue dan dengue syok syndrome.
“Di
beberapa kasus , gejala DBD pada anak jenis demam dengue seringkali diartikan
sebagai gejala flu biasa atau infeksi yang disebabkan jenis virus lainnya,”papar
Gina Kamis (17/2/22)
Beberapa
gejala diantaranya setelah digigit nyamuk, anak dapat mengalami demam tinggi 3
sampai 14 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri pada otot dan pegal linu di
seluruh tubuh, muncul ruam kemerahan pada kulit dan pembengkakan pada kelenjar
getah bening.
“Demam
Berdarah Dengue (DBD) mengakibatkan dampak yang semakin parah dalam tubuh anak
karena adanya perembesan plasma darah dengan gejala yang terlihat seperti
bengkak, sesak, perut besar dan beberapa pendarahan spontan pada beberapa
bagian tubuh,”urai Gina.
Gina
menjelaskan munculnya gejala DBD yang sudah parah tersebut karena keterlambatan
penanganan sekaligus imunitas anak masih
tidak kuat melawan paparan virus. Anak dengan komorbit seperti obesitas meski
telah mendapatkan penanganan medis. Gejala pada anak biasanya dimuali antara 24
sampai 48 jam atau panas hari ke 4 menjelang hari ke 5.
“Setelah penurunan suhu tubuh mulai terjadi, beberapa gejala akan muncul seperti sakit perut atau perut terasa nyeri saat ditekan,perubahan suhu tubuh dari demam menjadi hipotermia, tangan dan kaki dingin dan pucat, muntah darah atau feses berdarah, mimisan, gusi berdarah tanpa sebab, trombosit dalam darah mengalami penurunan, kerja organ limpa mengalami kerusakan,”tambahnya.
Ia juga menegaskan jika anak sudah pada tahap ini anak akan merasa lelah, gelisah, mudah tersinggung dan mudah marah. Akan ditemukan adanya bocoran plasma saat dilakukan pemeriksaan.
Lebih lanjut lagi, ia menjelaskan DBD pada anak yang paling berat yakni dengue syok syndrome karena merupakan jenis demam berdarah yang paling fatal. Gejalanya berupa perdarahan yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak berhenti pada area tubuh mana saja termasuk gusi, hidung, mulut dan feses, tekanan darah menurun drastic, denyut nadi melemah, kebocoran pada bagian pembuluh darah, produksi air kecil sangat menurun atau bahkan tidak ada, terdapat kegagalan pada fungsi organ bagian dalam hingga jumlah trombosit mengalami penurunan kurang dari 100.000 permili meter kubik.
“Gejala demam berdarah jenis ini sangat fatal apabila tidak segera mendapatkan penanganan. DBD sendiri telah memakan banyak korban jiwa dan sebagian besar yang harus kehilangan nyawa adalah mereka usia anak-anak,”katanya lagi.
Di akhir keterangannya ia berpesan kepada orang tua agar lebih waspada dan mengetahui gejala DBD pada anak dengan menguatkan imun tubuh anak dengan mencukupi kebutuhan cairan anak dengan memberikan makanan-makanan bergizi dan memberikan anak vitamin.