Selain bahaya ancaman terseret arus, bahaya beberapa
penyakit juga mengintai saat kita berenang di sungai. Selain masalah pada kulit
seperti gatal-gatal dan bercak merah pada kulit. Masalah selanjutnya adalah
Leptospirosis.
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya Ira
Purnamasari menjelaskan leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri leptospira dengan reservoir utama yakni tikus. Urine dari tikus yang
terinfeksi leptospira merupakan sumber yang paling patogen.
“Perantara utama penularan melalui air yang sudah
tercemar urine tikus akan masuk melalui luka yang ada di kulit,”jelas Ira Kamis
(2/6/22)
Bakteri leptospira bisa bertahan dalam air selama
beberapa bulan. Masuknya bakteri ke dalam tubuh ini menyebabkan suhu tubuh yang
naik secara mendadak disertai menggigil, nyeri kepala, nyeri otot, mual muntah,
pada fase lanjutan muncul gejala batuk, nyeri dada, hingga batuk darah dan
penurunan kesadaran.
Menurut Ira air sungai sendiri banyak mengandung
berbagai jenis kotoran yang mengandung bakteri E.Coli, apalagi jika kotoran
tersebut tertelan, maka akan berisiko terkena diare.
Ira menjelaskan diare merupakan kondisi dimana
penderitanya mengalami buang air besar dengan konsistensi cair, dengan
frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, bisa disertai diare berdarah, kram
perut, serta muntah dan demam.
“Selain mengandung bakteri E.Coli, air sungai bisa
mengandung bakteri Salmonella typhi yang bisa menyebabkan penyakit Tipes atau
demam Tifoid,”imbuh Ira lagi.
Transmisi Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia
dapat melalui transmisi kotoran yakni dimana kotoran individu (tinja) yang
mengandung Salmonella typhi di sungai.
“Masuknya bakteri ke dalam saluran pencernaan ini
menyebabkan suhu tubuh yang naik turun, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri perut
kanan atas, perasaan tidak nyaman pada perut, mual muntah, diare, hingga
terjadinya perdarahan usus, syok, hingga penururan kesadaran,”tandasnya.