Akhir-akhir
ini curah hujan mengalami peningkatan di beberapa wilayah di Indonesia.
Intensitas curah hujan yang tinggi dengan durasi waktu yang lama menjadi faktor
utama penyebab terjadinya bencana banjir.
Budaya
hidup masyarakat yang kurang bersih dan sehat, serta sanitasi lingkungan yang masih
belum memadai membuat air luapan yang terjadi akibat banjir biasanya bercampur
dengan sampah, kotoran hewan maupun kotoran manusia. Hal Inilah yang kemudian
menjadi penyebab banyaknya penyakit yang dapat ditimbulkan saat musim hujan
tiba.
Vella
Rohmayani Dosen Teknologi Laboratorium Medis (TLM) UM Surabaya menyebut bencana
banjir membuat peningkatan jumlah tempat perindukan virus, bakteri dan beragam
parasit penyebab penyakit. Parasit inilah yang berperan sebagai vector penularan
penyakit.
“Bencana
ini dapat menyebabkan kontaminasi pada penyediaan akses air bersih. Kondisi
sanitasi lingkungan dan akses penyediaan air bersih tentu sangat mempengaruhi
ada tidaknya risiko infeksi penularan penyakit dari berbagai agen infeksius,”ujar
Vella Rabu (11/01/2023)
Vella menyebut, diare merupakan salah satu
penyakit yang rentan menyerang saat banjir. Kondisi banjir membuat banyak
genangan air dimana-mana, hal tersebut membuat terjadinya kesulitan untuk
mendapatkan akses air bersih, baik untuk masak, makan, minum, mandi maupun
untuk keperluan lainnya. Sehingga sangat rentan terjadi kontaminasi makanan dan
minuman.
“Penyakit
demam tifoid juga rentan terjadi akibat pencemaran air. Seseorang dapat
terserang penyakit ini jika terpapar air yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella
typhi,”imbuhnya lagi.
Selain
diare dan demam tifoid, ada beberapa penyakit lainnya yang rentan menyerang
saat musim hujan, yaitu penyakit DBD, malaria, disentri dan kolera.
Penyakit
tersebut dapat ditularkan melalui perantara serangga yang berperan sebagai
vector penyakit, seperti nyamuk, kecoa dan lalat. Mengingat kondisi banjir juga
membuat tempat perindukan serangga semakin banyak.