Beberapa bulan ini mata merah sedang mewabah di
masyarakat mulai dari bayi hingga usia dewasa menjadi penderitanya.
Konjungtivitis adalah mata merah akibat peradangan pada selaput transparan yang
melapisi permukaan bola mata. Selain mata merah, konjungtivitis sering disertai
belekan atau kotoran mata yang berlebihan, bengkak, gatal dan berair tanpa
disertai penurunan visus atau tajam penglihatan.
Rini Kusumawardhany Dosen Fakultas Kedokteran
(FK) UM Surabaya yang merupakan spesialis mata menjelaskan, berdasarkan
waktunya, konjungtivitis dibagi menjadi akut dan kronik. Pada kondisi akut,
gejala terjadi hingga empat minggu, sedangkan pada konjungtivitis kronik,
gejala lebih dari empat minggu. Konjungtivitis juga dibedakan berdasarkan
penyebabbya yaitu infeksi dan non-infeksi.
“Penyebab terbanyak konjungtivitis infeksi
adalah virus dan bakteri, sedangkan pada kelompok non-infeksi disebabkan oleh
alergi, dan keradangan sekunder lainnya,”jelas Rini Senin (6/6/22)
Menurutnya konjungtivitis sering kali
disebabkan oleh infeksi virus (konjungtivitis virus), dimana pada populasi
dewasa, 80% kasus konjungtivitis akut disebabkan oleh virus. Konjungtivitis
alergi yang disebabkan oleh reaksi alergi, misalnya akibat debu, tungau, lem
pada prosedur eyelash extension, dan bulu hewan peliharaan.
Rini juga menjelaskan ada beberapa faktor
pemicu yang bisa meningkatkan kemungkinan menderita konjungtivitis salah
satunya adalah usia. Anak-anak rentan
tertular konjungtivitis karena sering berinteraksi dengan teman-teman di
sekolahnya.
Selanjutnya yang mudah tertular adalah
seseorang yang mengidap diabetes. Penyakit ini membuat sistem kekebalan tubuh
menurun. Penggunaan lensa kontak dan seseorang yang memiliki riwayat demam
batuk dan pilek atau infeksi saluran pernapasan juga mudah tertular.
Penanganan konjungtivitis bakteri dengan
antibiotik baik topikal maupun oral, sedangkan konjungtivitis alergi yang tidak
disertai infeksi sekunder diatasi dengan anti alergi atau antihistamin.
Sementara konjungtivitis virus tidak memerlukan pengobatan khusus karena akan
sembuh dengan sendirinya.
“Namun pada kondisi wabah diberikan obat tetes
mata antibitotik profilaksis untuk pencegahan perburukan dan meredakan gejala.
Penderita juga dapat mengompres mata dengan air hangat atau air dingin untuk
mengurangi bengkak dan keluhan lain,”kata Rini lagi.
Ia juga membagikan tips yang bisa dilakukan
untuk mencegah penularan konjungtivitis, diantaranya mencuci tangan secara
rutin dan tidak menyentuh mata secara langsung, terutama setelah bersalaman
atau menyentuh penderita konjungtivitis. Gunakan kapas dengan air hangat untuk
membersihkan kotoran mata.
Tidak berbagi pemakaian kosmetik, handuk atau
barang pribadi lainnya dengan keluarga serumah atau orang lain. Beberapa kasus
terjadi pada saat penggunaan kosmetik bergantian seperti pada cara massal
pernikahan, wisuda serta penggunaan kosmetik yang sudah lama terbuka kemasannya
atau kadaluarsa.
Ia juga menganjurkan mengganti seprai dan
sarung bantal sekali seminggu. Penumpukan zat dan kuman mikroskopik di seprai
dan sarung bantal yang kita gunakan menjadi media penularan termasuk sel kulit
mati dan tungau debu
“Jangan menggunakan obat tetes mata yang pernah
dipakai untuk mata merah, guna menghindari penularan virus atau bakteri. Obat
tetes mata yang telah dibuka kemasannya sebaiknya tidak digunakan lagi setelah
1 bulan,”jelasnya.
Terakhir konjungtivitis dapat menjadi tanda
infeksi virus corona penyebab COVID-19. Oleh sebab itu, jika mengalami
konjungtivitis, sebaiknya periksakan ke dokter agar penyebabnya dapat
dipastikan.