Salah satu
fenomena alam yang teramati dan bagian dari tanda kebesaran Allah adalah
gerhana bulan dan gerhana matahari. Dalam beberapa hadis sahih, Nabi Muhammad SAW secara tegas mengatakan
peristiwa itu adalah bagian dari Ayatullah, dan terjadi bukan karena kematian
atau kehidupan seseorang.
Gerhana bulan adalah sebuah fenomena astronomi yang terjadi ketika matahari, bumi dan bulan berada dalam satu garis lurus dengan bumi berada di antara keduanya.
Perintah tentang shalat gerhana ada dalam beberapa hadis Nabi,
sebagaimana tertuang dalam hadis al-Bukhari No.3204, 3201, 1057, Muslim No.911,
914 Ibn Hibb?n No.2828, dan beberapa kumpulan hadis lainnya.
Selain perintah
Shalat, ada juga anjuran untuk berdoa kepada Allah, bertakbirm dan bersedekah,
sebagai termaktub dalam hadis al-Bukhari No.1044, Muslim No.901, Abu D?ud
No.1191 dan al-Nas?i No.1474.
Mohammad Ikhwanuddin Kaprodi Hukum Keluarga Islam FAI
UM membagikan tata cara pelaksanaan Shalat
Gerhana bisa dilakukan secara runut sebagai berikut:
1.
Imam, atau Imam menyuruh
orang lain, menyerukan a?-?al?tu j?mi‘ah.
2.
Takb?ratul I?r?m,
dengan mengucapkan All?hu Akbar.
3.
Membaca doa Iftit??.
4.
Membaca Surah al-F?tihah,
lalu surah (dianjurkan panjang) dan dibaca secara lantang (jahr)
5.
Rukuk, dengan membaca
tasbih yang cukup lama.
6.
Bangkit dari rukuk dengan
membaca sami‘all?hu li man ?amidah, makmum membaca rabban? wa
lakal-?amd.
7.
Berdiri tegak, lalu
membaca al-Fatihah (lagi) dan surah panjang tetapi lebih pendek dari yang
pertama.
8.
Rukuk, sambil membaca
tasbih yang lama tetapi lebih singkat dari yang pertama.
9.
Bangkit dari rukuk
10.
Sujud.
11.
Duduk di antara dua
sujud.
12.
Bangkit dari sujud,
berdiri tegak mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama tanpa membaca doa
iftitah.
13.
Salam.
“Setelah salat, imam berdiri
menyampaikan khutbah satu kali yang berisi nasihat serta peringatan terhadap
tanda-tanda kekuasaan Allah serta mengajak memperbanyak istighfar, sedekah dan berbagai
amal kebajikan,”pungkas Ikhwan.